
Investigasi – Padang Panjang– Dari kota kecil yang tenang di lereng Bukit Barisan, empat anak muda menyalakan revolusi bunyi yang mengguncang panggung nasional.
Mereka menamakan diri Misanthropy Club, sebuah kwartet elektronik–metal eksperimental asal Padang Panjang, Sumatera Barat, yang kini dikenal sebagai salah satu band independen paling progresif di Indonesia.
Band ini digawangi oleh Adit (vokal utama), Avin (gitaris, produser, vokal), Raka (drummer, produser, vokal), dan Dewa (sequencer, noise, vokal).
Terbentuk sejak 2019, Misanthropy Club lahir dari keisengan dan rasa jenuh terhadap batas-batas genre.
Para personelnya sebelumnya aktif di band death metal Kukertank dan progressive deathcore Dystopia, sebelum memutuskan bereksperimen melahirkan musik yang sulit dikotakkan — antara industrial, deathcore, electronic, dan phonk metal.
Langkah Panjang dari Eksperimen ke Pengakuan Nasional
Sejak awal, Misanthropy Club menolak berjalan di jalur aman. Tahun 2020, mereka merilis album debut “Humanity is Done For” dan EP “Loser”, yang memperkenalkan warna musik keras dengan balutan elektronik gelap.
Eksperimen itu berlanjut dengan album kedua “Death Trip” (2023), yang menjadi tonggak penting perjalanan mereka. Album tersebut mengantarkan Misanthropy Club ke tur nasional “Death Trip Tour 2023” dengan perhentian di Bandung, Yogyakarta, Solo, Bali, dan Jakarta.
Capaian terbesar mereka datang pada Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2023, ketika Misanthropy Club menjadi satu-satunya band asal Sumatera Barat yang masuk nominasi kategori
“Album Metal Terbaik”, bersaing dengan St. Loco, Vlaar, dan nama-nama besar lain.
“Masuk nominasi AMI itu rasanya seperti mimpi,” ujar Adit, vokalis utama. “Kami lahir dari ruang kecil, tanpa label, tanpa sponsor besar. Tapi ternyata musik jujur dan keras kepala juga bisa didengar.”
Jelajah Panggung: Dari Gigs Lokal ke Festival Nasional
Enam tahun perjalanan membawa Misanthropy Club dari gigs kecil hingga panggung festival besar.
Mereka tampil di berbagai ajang bergengsi seperti Joyland Festival (Bali), Pestapora (Jakarta), Synchronize Fest (Jakarta), Deliland Festival (Medan), dan dalam waktu dekat juga akan tampil di Soundrenaline Medan sebagai perwakilan Sumatera Barat pada tanggal 21 November mendatang.
Di Sumatera Barat, nama mereka kerap menghiasi acara seperti Rest to Fest (Padang), Record Store Day Padang, In Friends We Trust, hingga Bukittinggi Syndrome 2025.
Beberapa lagu mereka seperti “Haunter,” “No Trust,” “Gula / Gluttony” (feat. Saitei), “Luxuria / Lust” (feat. Ghostygand), dan “Devastate”, menjadi favorit di kalangan komunitas musik alternatif Indonesia.
Tak hanya di panggung, karya mereka juga menembus proyek kompilasi piringan hitam Jameson Connect x Demajors, dan berbagai kolaborasi lintas genre dengan Ghostygand, Saitei, Trigga Coca, dan Ramandhika.
Diskografi Singkat
Album Penuh:
Humanity Is Done For (2020)
Death Trip (2023)
EP:
Loser (2020)
Beberapa Single Unggulan:
No Trust, Devastate, Haunter, Beckshot, Eaten Alive feat. Hardikaku, Run, Garou, Midsommar Madness feat. Ramandhika, Gula / Gluttony feat. Saitei, Luxuria / Lust feat. Ghostygand, No Trust, Haunter, They / Watch Your Back, Devastate
Kompilasi:
Jameson Connect x Demajors (2024)
Perspex Various Artists Vol.01 (2025)
Gnarly Club Vol.2 (2020)
Catatan Penampilan dan Kolaborasi
Selama kariernya, Misanthropy Club telah tampil di lebih dari 30 panggung nasional, termasuk:
Pestapora 2022 & 2023, Jakarta
Joyland Festival, Bali (2022)
Synchronize Fest, Jakarta (2024)
Deliland Festival, Medan (2023)
Vinyl Release Party Jameson Connects Indonesia, Bandung (2024)
Live performance mereka juga diabadikan dalam beberapa sesi seperti Pelatar Live (2021), Storing Session (2022), hingga Jameson Connect x Demajors Live Session (2024) yang tersedia di YouTube.
Kemandirian Tanpa Label
Hingga kini, Misanthropy Club belum tergabung dalam label mana pun.
Semua rilisan fisik dan merchandise dikelola sendiri oleh para personelnya melalui sistem D.I.Y (Do It Yourself).
Prinsip kemandirian ini menjadi bagian dari karakter band — bebas dari tekanan industri, tapi tetap berkualitas internasional.
Fun Facts
Meski berasal dari Padang Panjang, Misanthropy Club belum pernah tampil di kota kelahirannya sendiri.
Nama “Misanthropy Club” diambil untuk mewakili dua sisi musik mereka:
“Misanthropy” melambangkan sisi metal yang gelap dan agresif, sementara “Club” mewakili sisi elektronik dan ritmis.
Sebelum memakai nama ini, ketiga personelnya dulu dikenal dengan nama username PUBG mereka: Lisp (Adit), Prxset (Avin), dan Blaze (Raka).
Dari Padang Panjang ke Dunia
Dengan nominasi AMI Awards, kolaborasi lintas genre, dan reputasi di festival nasional, Misanthropy Club kini menjadi representasi nyata bahwa musik eksperimental dari daerah bisa berdiri di level nasional tanpa kompromi.
Bagi Adit, musik bukan hanya soal bunyi, tapi tentang kejujuran.
“Kalau semua orang main aman, nggak akan ada yang berubah. Kami cuma ingin bikin sesuatu yang jujur — meski keras, meski aneh, asal punya nyawa,” ujarnya menutup.(Jon KPPN).
Email: misanthropyclub@gmail.com
Kontak: +62 821-7262-6066 (Pupi)
Instagram: @misanthropy_club
Spotify: Misanthropy Club
Fotografer live Rizki Wahyudi
Foto studio Mancogu Kreasi


