
Oleh: Jon Hendri
Investigasi – Sijunjung
Sebuah bangsa besar tidak hanya berdiri di atas kekayaan alamnya, tetapi juga pada kualitas manusianya. Pemerintah Indonesia memahami betul adagium tersebut. Di tengah pusaran globalisasi dan tantangan dunia yang kian kompleks, sumber daya manusia yang sehat dan cerdas adalah mandat masa depan.
Salah satu langkah strategis yang kini tengah dijalankan pemerintah ialah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bukan sekadar kebijakan sosial biasa, melainkan sebuah investasi jangka panjang, sebuah kontrak sosial untuk memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat, kuat, dan siap menjadi generasi unggul di masa mendatang.
Gizi sebagai Fondasi Pembangunan Bangsa
Di berbagai sekolah, khususnya di jantung pedesaan dan nagari seperti Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, kehadiran program MBG benar-benar terasa sebagai ‘angin segar’.
Kita tahu, tak sedikit anak-anak yang sebelumnya datang ke sekolah dengan perut kosong, tanpa sarapan, akibat keterbatasan ekonomi keluarga. Kondisi ini secara nyata menggerus daya konsentrasi dan menghambat prestasi belajar mereka.
Kini, melalui MBG, suasana sekolah telah bertransformasi. Anak-anak menikmati santapan bergizi di sela waktu belajar, sementara para guru bisa menyaksikan langsung peningkatan semangat, fokus, dan gairah belajar para murid.
Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan, MBG bukan sekadar bantuan pangan, melainkan strategi nasional untuk melahirkan generasi yang betul-betul tangguh—sehat jasmani, kuat mental, dan siap menghadapi tantangan zaman. Ini adalah upaya mitigasi terhadap risiko stunting dan ketimpangan nutrisi.
Lebih dari Sekadar Pemberian Makan
Esensi program ini melampaui sekadar memberikan makanan gratis. MBG menanamkan kesadaran pentingnya gizi seimbang. Menu disusun berdasarkan standar ketat Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional serta memastikan anak-anak memperoleh asupan protein, karbohidrat, sayur, buah, serta vitamin dan mineral yang mencukupi.
Dampak domino program ini mulai terkuak: peningkatan kehadiran siswa, tumbuh kembangnya semangat belajar, dan penurunan angka putus sekolah di berbagai daerah percontohan.
Di luar ranah pendidikan, MBG juga berperan sebagai katup penggerak roda ekonomi daerah. Bahan pangan diprioritaskan dari petani, nelayan, dan pelaku UMKM lokal.
Sekolah kini tidak hanya menjadi tempat transfer ilmu, tetapi juga menjadi simpul ekonomi produktif yang menciptakan siklus ekonomi baru yang sehat dan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.
Akuntabilitas dan Transparansi: Perspektif Keuangan Sebagai pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mursil Koto VII, penulis melihat betapa krusialnya tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel dalam menjaga napas program ini.
Saat ini, setiap SPPG para Akuntan telah menggunakan aplikasi pelaporan keuangan digital, meskipun formatnya masih berbasis Microsoft Excel. Sistem ini, meski sederhana, telah mempermudah pencatatan, pelaporan, serta audit internal secara cepat dan terukur. Dengan mekanisme ini, setiap rupiah yang dialokasikan dapat ditelusuri dan dipertanggungjawabkan.
Ke depan, harapan besar dari jajaran SPPG adalah agar Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), dapat meluncurkan aplikasi laporan keuangan terintegrasi yang baku untuk digunakan oleh seluruh satuan pelayanan di bawah program MBG.
Dengan pelaporan yang terpusat dan transparan, pengawasan akan semakin mudah, efisiensi meningkat, dan kepercayaan publik terhadap program vital ini akan semakin kokoh.
Tantangan dan Strategi Menuju Keberlanjutan
Kendati manfaatnya masif, pelaksanaan MBG tak lepas dari tantangan nyata. Di sejumlah daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Selain itu, pengawasan terhadap kualitas gizi harus terus diperkuat agar setiap menu benar-benar sesuai standar kesehatan anak sekolah. Koordinasi lintas kementerian dan pemerintah daerah adalah kunci mutlak kesuksesan program ini.
“Makan Bergizi Gratis bukan sekadar memberi makan anak sekolah. Ini tentang membangun bangsa dari hal paling mendasar — dari gizi dan pendidikan,” ujar salah satu pejabat di Kantor Camat Koto VII, memberikan penekanan.
Untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas MBG, pemerintah sedang menyiapkan sejumlah langkah strategis, antara lain:
-Digitalisasi sistem distribusi dan pelaporan, demi menjaga transparansi dan memutakhirkan data penerima.
-Kemitraan strategis dengan dunia usaha dan komunitas lokal, untuk memperkuat kemandirian pangan daerah.
-Edukasi gizi berkelanjutan bagi siswa dan orang tua, agar kesadaran konsumsi sehat tumbuh sejak dini.
-Penyesuaian menu berbasis potensi lokal, menyesuaikan bahan pangan dengan karakter dan cita rasa daerah—seperti ikan di wilayah pesisir, jagung di daerah kering, dan sayuran di dataran tinggi.
Langkah-langkah ini menegaskan bahwa MBG bukan sekadar proyek jangka pendek, melainkan strategi pembangunan manusia berbasis gizi dan partisipasi publik yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.
Menyiapkan Generasi Emas 2045
Program MBG adalah pilar penting dari dua visi utama Indonesia Emas 2045: pembangunan manusia unggul dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Anak-anak yang tumbuh sehat dan cerdas adalah tulang punggung bangsa, sementara ekonomi daerah ikut bergerak seiring meningkatnya daya beli masyarakat dan perputaran ekonomi lokal.
Penutup
Menanam gizi hari ini berarti menyemai masa depan bangsa esok.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah wujud nyata dari semangat gotong royong membangun Indonesia dari akar terdalamnya—dari piring anak-anak sekolah, dari dapur-dapur sederhana yang bekerja penuh dedikasi demi masa depan negeri.
Ketika setiap rupiah dikelola dengan transparan, setiap anak makan dengan gembira, dan setiap sekolah menjadi ruang tumbuh bagi generasi penerus, maka di sanalah cita-cita Indonesia Emas 2045 mulai diwujudkan—bukan lewat janji manis, melainkan melalui kerja nyata dan pengabdian tulus.
Disclaimer: Tulisan ini merupakan pandangan pribadi penulis sendiri. Artikel ini tidak mewakili sikap resmi instansi mana pun, melainkan bentuk refleksi atas peran pengelolaan keuangan yang akuntabel dalam mendukung keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).


