Babagai bagai caronyo kini
Ikuik Pilkada dua ribu ampek
Jadi juru bicara mambanggakan diri
Kok lai simpatik nan ka dapek
Salamo ko kampuang jarang di silau
Lah tibo Pilkada bakoar koar
Jadi pabincangan di satiok lapau
Pado juru bicara bialah juru bayar
Indak picayo jo kato kato
Saketek nan bana banyak baduto
Urang kampuang lah cadiak juo
Adik pitih ado suaro
Cando orang menggalas obat, bagaimana bisa menarik orang lain untuk membeli galasnya. Santiang benar merayu pembeli, walau di kaki lima manjojo diri. Seakan obat dia saja yang paling mujarab. Bisa menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk penyakit kulit panu dan kurap.
Sapantun dengan Pilkada Serentak 2024, obat yang digalas berbeda. Walau tujuannya sama, menarik pelanggan dan warga. Menjual nama tokoh nasional, maupun lokal, biar orang cepat kenal. Sehingga, biaya dikeluarkan tak begitu mahal. Padahal, selama ini, entah kemana, tak pernah melihatkan raut muka, apalagi menjenguk kampung halamannya
Pilpres dan Pileg 2024, juga dibawa bawa. Digadang gadangkan sebagai juru bicara. Seakan ia lupa juru bicara dan ota ma ota, orang minang jagoannya. Dan, tak akan mempan jurus juru bicara, untuk merayu warga. Karena sudah ada anekdot yang menangkal senjata. Semakin banyak anda bicara untuk meyakinkan orang lain, semakin banyak orang tak percaya.
Masyarakat sudah hafal rayuan politik. Lucu dan menggelitik. Karena kata politik itu, banyak dustanya. “Kau pembohong dan kau pendusta,” itu judul lagunya. Jadi, sehebat apapun anda bicara, sampai diangkat menjadi juru bicara, akan sia sia. Apalagi, belum terlihat kerja nyata dan lakek tangannya. Ya, simpan saja jurus juru bicara untuk menarik massa
Berkaca pada Pileg 2024 lalu, banyak anggota dewan yang bicara, perjuangannya membangun kampung tercinta melalui dana pokir. Promosi diri, memasang baliho, seakan pembangunan infrastruktur berkat kerja kerasnya. Masih saja tajilapak. Walau suara sampai serak, biar semakin yakin orang banyak. Malah, juru bayar yang menyerang disaat pajar makin berkibar
Ada gurauan dan canda di lapau, kami tak butuh juru bicara, tapi butuh juru bayar. Kalau juru bicara, hanya banyak bicara saja. Beda, kalau juru bayar, bisa bayar minuman di warung, bayar rokok saat ma ota di lapau. Bayar ongkos saat mau nyoblos di TPS. Pokoknya, apa saja dibayar, sampai melakukan serangan pajar. Ada uang ada suara
Penulis
Novri Investigasi