Antah sia bana inyo
Apo nan alah di karajoan
Kini lah muncul sajo
Mangaku mambangun kampung halaman
Indak pernah manjalang kampuang
Dek lah sanang hiduik dirantau
Kini mancubo ma adu untuang
Walikota Padang nan di silau
Pilkada Kota Padang, menjadi rebutan perantau Minang yang telah lama meninggalkan kampung halaman. Dek lai hidup barubah, di rantau mendapat tuah, harta melimpah ruah, tak kenal lagi ladang jo sawah. Kini taniaik pulang mambangun kampuang halaman. Menjadi Walikota Padang yang diharapkan
Selama ini, entah kemana. Tak kenal sanak saudara. Orang kampung dan warga. Disaat Pilkada tiba, datang mengambil muka dan menarik simpatik warga. Padahal, sama sekali tak mengenal kondisi Kota Padang. Tiba tiba datang dan ingin menjadi pemimpin di Kota Bingkuang.
Jangan hanya karena banyak uang, maju menjadi Walikota Padang. Seakan tak ada tokoh didaerah ini. Berjuang membangun negeri. Kok, tiba tiba orang tak mengenal seluk beluk kampung ingin memimpin di negeri ini. Datang tiga bulan jelang Pilkada. Baliho tersebar dimana mana. Hanya sekedar setor muka
Padahal, tak pernah merasakan banjir, tak pernah mengalami bencana, tak pernah merasakan kuatnya gempa. Tak tahu permasalahan yang terjadi. Bagaimana mau mencari solusi. Ditengah beragaman persoalan terjadi di Kota ini. Hanya ambisi yang diikuti
Ditakuti, setelah terpilih nanti, bukan membangun negeri. Malah, jabatan dijadikan sumber mencari reseki. Mengembalikan biaya politik yang tinggi. Tak ingat lagi janji janji, suara warga hanya sekedar mendapatkan jabatan. Malah yang sebaun yang diperjuangkan, memanfaatkan jabatan mencari kekayaan
Sudahlah, kami sudah tahu. Apa maksud dan tujuanmu. Pilkada hanya sekedar memuluskan langkahmu. Demi mengejar jabatan dan impianmu. Kami butuh pemimpin yang faham kondisi negeri ini. Bukan, perantau yang sekedar mencapai ambisi. Setelah terpilih, janji tinggal janji. Semboyan tinggal semboyan. Harapan tinggal harapan. Sampai disini, fahamkan
Penulis
Novri Investigasi