
Menjadi wartawan investigasi, memang penuh resiko. Ibaratnya, kaki sebelah di kuburan, sebelah lagi di penjara. Salah berita berujung di laporkan. Salah langkah, nyawa jadi korban. Karena, untuk membongkar kasus, kita berhadapan dengan ‘orang bagak (preman yang membeking), orang berpangkat dan orang banyak uang.
Dengan uang dan jabatan, gampang membalikkan fakta dan menjerumuskan wartawan ke penjara. Apalagi, yang berhubungan dengan ilegal, pasti ada yang membeking. Seperti, tambang ilegal, Bahan Bakar Minyak (BBM). Ilegal dan lain sebagainya yang bermain dibalik ilegal ilegal. Sehingga, ancaman, intimidasi, teror dan laporan ke polisi, menjadi aia mandi yang dihadapi setiap hari
Makanya, menjadi wartawan investigasi, perlu hati hati, bukan bertindak nekat yang bisa mencelakan diri. Seorang wartawan investigasi, harus memiliki 3 N (Nyali, Nalar dan Naluri). Nyali, memang diperlukan, tapi bukan nekat diutamakan. Nyali, keberanian, penuh pehitungan. Ada saat maju dan ada saat mundur. Ada saat mengalah, mundur selangkah. Bergerak bagaikan intel, bicara bagaikan diplomat. Motto ini, harus dikuasai wartawan investigasi
Nalar : Ini sangat dibutuhkan, saat bekerja dilapangan. Mengembangkan kasus dilapangan. Menelaah setiap peristiwa yang terjadi. Dan, penuh perhitungan saat melangkah melakukan investigasi. Nalar ini, harus dipertajam, agar tak menanggung resiko saat dilapangan
Naluri , ini sangat penting. Seleksi terakhir sebuah berita bukan, Pimpinan Redaksi, tapi naluri. Apakah, pantas berita ini diburu atau diterbitkan. Apalagi, ujung ujungnya banyak korban. Disini, kita juga bermain dengan perasaan. Ingat juga, korban yang muncul, akibat berita yang diturunkan. Termasuk juga psikologis keluarga orang yang kita beritakan.
Untuk menjadi wartawan investigasi, kita harus memahami peristiwa yang terjadi, sebelum menulis. “Tahu dulu, baru bertanya. Faham dulu baru menulis. Melihat dengan mata kepala satu kali, lebih baik daripada mendengar cerita orang seribu kali. Sehingga, kita bisa mengungkap fakta, sesuai peristiwa yang terjadi di lapangan.
Ancaman dan Teror
Mungkin tak banyak seorang jurnalis yang mengalami nasib tragis. Bahkan, menimbul trauma yang mendalami akibat teror dan ancaman yang terjadi. Terus terang, saya pernah mengalami teror yang maha dasyat. Saat menjadi Pimpinan Redaksi Garda Minang diakhir tahun 1999. Wartawan saya dikeroyok, nyaris meninggal dunia.
Dijadikan sasak saat mendekam dalam penjara. Pukulan bertubi tubi didalam penjara, hampir wartawan saya meregang nyawa. Bahkan, saat pemeriksaan, di kantor polisi, saya dan wartawan dikepung masa membawa pedang. Karena, pengusaha minuman keras, dekat dengan aparat.
Sehingga, bebas masuk kantor polisi, mengancam rombongan kami, saat menemani wartawan diperiksa di kantor polisi. Tak perlu, saya sebutkan lokasi, karena ini menyangkut oknum aparat yang membela pengusaha tersebut. Ini baru satu peristiwa naas yang dialami, belum kasus lain berujung saya dilaporkan ke polisi dan dewan.
Lalu, kasus apa saja yang berhasil dan pelaku mendekam dijeruji besi. Sehingga saya dan keluarga diteror orang suruhan. Baik saat saya menjadi Pimpinan Redaksi, Koran Mingguan Bakin News, Koran Mingguan Binnews maupun Pimpinan Redaksi Mingguan Investigasi. Bersambung
Penulis
Novri Investigasi
наличествует в альбоме и различные средства для вашего и женского здоровья, витаминные комплексы для уничтожения веса, нормализации.
My web-site :: какие витамины и минералы нужно пить при занятиях спортом
having strong sales experience helps us to really understand our clients’ needs, Araabia Ühendemiraatide luksuskinnisvara agentuur Eestis find response for question why they want to earn a new home.
I will immediately seize your rss feed as I can not find your e-mail subscription link or e-newsletter service. Do you have any? Please let me recognize in order that I may just subscribe. Thanks.
Very good written information. It will be beneficial to anyone who utilizes it, including yours truly :). Keep up the good work – for sure i will check out more posts.