Oleh Jon Hendri
Pilkada serentak 2024 telah membawa babak baru dalam politik daerah di Indonesia. Sebagaimana biasa, Pilkada tidak hanya menjadi ajang persaingan antara calon pemimpin, tetapi juga menjadi cermin bagi kedewasaan demokrasi kita. Dalam konteks ini, penting untuk mengingat kembali pesan bijak dari pepatah Minangkabau, “Biduak lalu, kiambang batauik,” yang mengajarkan kita untuk segera mengesampingkan perbedaan pasca-pemilu dan kembali bersatu demi kemajuan bersama.
Pilkada memang membawa dinamika, persaingan ketat, dan perbedaan pilihan politik di kalangan masyarakat. Namun, setelah hiruk-pikuk pemilu mereda, tugas kita bersama adalah mengembalikan semangat persatuan. Kemenangan satu pihak tentu membawa kebahagiaan, tetapi bagi pihak yang kalah, ada pelajaran berharga yang dapat diambil untuk terus berkontribusi dalam pembangunan daerah dan bangsa.
Kemenangan Demokrasi, Tantangan Kepemimpinan
Pilkada bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari tanggung jawab besar yang harus dijalankan oleh para pemimpin terpilih. Mereka kini dihadapkan pada tugas berat untuk merealisasikan janji kampanye yang telah disampaikan kepada rakyat. Kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat bukanlah hal yang bisa disia-siakan. Pimpinan terpilih harus mengedepankan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan keadilan dalam setiap kebijakan yang diambil. Tanpa itu, bukan tidak mungkin kepercayaan masyarakat akan terkikis, yang justru akan merusak fondasi demokrasi itu sendiri.
Para pemimpin yang telah terpilih juga harus memperlihatkan kematangan dalam mengambil keputusan, dengan selalu mengutamakan kepentingan bersama, bukan hanya segelintir golongan. Ini adalah tantangan yang tidak mudah, namun harus dihadapi dengan semangat pengabdian yang tulus demi kemajuan daerah dan negara.
Persatuan Pasca Pilkada: Menatap Masa Depan Bersama
Di sisi lain, masyarakat juga memegang peran penting dalam memastikan agar demokrasi kita tetap sehat. Setelah berakhirnya Pilkada, saatnya kita kembali menyatukan visi dan misi untuk masa depan yang lebih baik. Ini bukan saatnya untuk mempertajam perbedaan, melainkan saatnya untuk berdamai dengan hasil pemilu dan bekerja bersama untuk tujuan bersama. Kemenangan sesungguhnya dalam demokrasi adalah ketika seluruh masyarakat dapat menerima hasil pilkada dengan lapang dada, dan tidak ada lagi sekat-sekat yang memisahkan kita.
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang menghargai perbedaan, yang memberikan ruang bagi semua pihak untuk berbicara dan berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam semangat ini, kita harus menghindari konflik dan polarisasi yang hanya akan merugikan kita semua. Sebaliknya, kita harus membangun jembatan komunikasi, memperkuat kerjasama, dan mengedepankan rasa kebersamaan dalam setiap langkah yang diambil.
Bergandengan Tangan Membangun Masa Depan
Pilkada 2024 seharusnya menjadi titik tolak bagi kita semua untuk melangkah bersama. Persaingan politik adalah bagian dari dinamika demokrasi, tetapi persatuan dan pembangunan yang berkelanjutan adalah tujuan akhir yang lebih penting. Kita harus mengingat bahwa perbedaan politik tidak seharusnya merusak ikatan sosial kita sebagai satu bangsa. Sebaliknya, kita harus menyadari bahwa keberagaman adalah kekuatan yang harus dijaga dan dirayakan.
Dengan demikian, momentum Pilkada harus menjadi landasan untuk memperkuat solidaritas, membangun masa depan yang lebih inklusif, dan memastikan bahwa tidak ada satu pun pihak yang tertinggal. Di balik segala perbedaan, kita semua memiliki satu tujuan yang sama: Indonesia yang lebih maju, lebih adil, dan lebih sejahtera.
Sebagaimana pepatah Minangkabau itu mengingatkan kita: “Biduak lalu, kiambang batauik” – biarlah riak-riak pemilu berlalu, kita bersatu kembali, memperkuat persaudaraan, dan bergerak maju untuk masa depan yang lebih baik. Semoga, Pilkada 2024 menjadi awal dari babak baru yang penuh harapan bagi bangsa ini. (JH).
Disclaimer: Tulisan ini merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili instansi tempat penulis bekerja.