Catatan Novri Investigasi : Hujan Ekstrem Mempercepat Oksidasi dan Terjadi Kerusakan Dini Permukaan Aspal Jalan

Spread the love

Sepanjang jalan, baik itu jalan kabupaten/kota, provinsi dan nasional, terjadi kerusakan. Tidak saja jalan lama, preservasi (tambal sulam-peatching) maupun peningkatan jalan, sudah terlihat berlubang. Penyebabnya, cuaca ekstrem dan hujan tak henti hentinya membasahi dan mengenangi aspal. Apalagi,  hujan hampir setiap hari terjadi

Akibatnya, hujan dan genangan air diaspal itu, akan mempercepat terjadinya oksidasi. Resikonya,   menyebabkan terjadinya kerusakan dini pada lapisan permukaan jalan. Diperparah lagi,  jalan terendalam dalam waktu lebih 24 jam (standar kekuatan sisa marshall). Ditambah lagi,  terbebani beban kendaraan yang melebihi batas yang telah ditentukan. 

Dan, ini sangat besar pengaruhnya pada kinerja perkerasan aspal, terutama  ketahanan atau keawetan jalan (durability) sebagai faktor dalam kriteria marshall. Sekedar informasi, kerusakan jalan dikarenakan oleh empat hal utama.  Material kontruksi, lalu lintas, iklim dan air. Intinya, genangan air sangat berpengaruh pada  kinerja campuran Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC)

Meski, rekanan sudah bekerja dengan baik sesuai gambar kerja. Namun, hukum alam ini tak bisa dilawan. Dilema pun mengayuti rekanan, kalau tak diaspal, lubang besar akan makan korban. Jika diaspal beresiko tingga saat cuaca ekstrem. Sebab, aspal sangat alergi dengan air. Apalagi, pekerjaan tahun jamak yang harus selesai akhir tahun. 

Sanksinya, jika  pekerjaan terlambat, diberikan perpanjangan waktu. Dan, perpanjangan waktu, rekanan harus rela  didenda permil. Bak makan sibuah malakama. Berpacu dengan waktu mengejar progres. Melawan hukum alam untuk mencapai target sesuai waktu yang telah ditentukan, membuat rekanan putar otak menyelesaikan pekerjaan. 

Karena, tak ingin beresiko denda, rekanan memacu pekerjaan ditengah cuaca ekstrem. Ujung ujungnya, jalan banyak rusak. Memang ada juga kesalahan rekanan. Seperti, saat pemetakan tak menggunakan pisau (cutting aspal), hanya menggunakan stamper menggali pemetakan aspal. Sehingga, getaran stamper itu, berakibat keretakan pada aspal diantara lubang pemetakan itu. 

Tak ada,  kompresor menyedot debu dan air sebelum aspal dipaparkan. Padahal, sebelum aspal dipaparkan, jalan yang akan diaspal harus bersih dari debu air. Suhu aspal juga sangat berpengaruh. Apalagi, di Aspal Mixing Plant (AMP), aspal dimasak minimal 30 ton. Dan, harus dipaparkan hari itu juga, kalau tidak berpengaruh pada suhu saat aspal dipaparkan. Aspal dipaparkan dibawah ambang batas 110 derajat celcius, mengakibatkan jalan cepat rusak. Bersambung

Sepanjang jalan, baik itu jalan kabupaten/kota, provinsi dan nasional, terjadi kerusakan. Tidak saja jalan lama, preservasi (tambal sulam-peatching) maupun peningkatan jalan, sudah terlihat berlubang. Penyebabnya, cuaca ekstrem dan hujan tak henti hentinya membasahi dan mengenangi aspal. Apalagi,  hujan hampir setiap hari terjadi

Akibatnya, hujan dan genangan air diaspal itu, akan mempercepat terjadinya oksidasi. Resikonya,   menyebabkan terjadinya kerusakan dini pada lapisan permukaan jalan. Diperparah lagi,  jalan terendalam dalam waktu lebih 24 jam (standar kekuatan sisa marshall). Ditambah lagi,  terbebani beban kendaraan yang melebihi batas yang telah ditentukan. 

Dan, ini sangat besar pengaruhnya pada kinerja perkerasan aspal, terutama  ketahanan atau keawetan jalan (durability) sebagai faktor dalam kriteria marshall. Sekedar informasi, kerusakan jalan dikarenakan oleh empat hal utama.  Material kontruksi, lalu lintas, iklim dan air. Intinya, genangan air sangat berpengaruh pada  kinerja campuran Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC)

Meski, rekanan sudah bekerja dengan baik sesuai gambar kerja. Namun, hukum alam ini tak bisa dilawan. Dilema pun mengayuti rekanan, kalau tak diaspal, lubang besar akan makan korban. Jika diaspal beresiko tingga saat cuaca ekstrem. Sebab, aspal sangat alergi dengan air. Apalagi, pekerjaan tahun jamak yang harus selesai akhir tahun. 

Sanksinya, jika  pekerjaan terlambat, diberikan perpanjangan waktu. Dan, perpanjangan waktu, rekanan harus rela  didenda permil. Bak makan sibuah malakama. Berpacu dengan waktu mengejar progres. Melawan hukum alam untuk mencapai target sesuai waktu yang telah ditentukan, membuat rekanan putar otak menyelesaikan pekerjaan. 

Karena, tak ingin beresiko denda, rekanan memacu pekerjaan ditengah cuaca ekstrem. Ujung ujungnya, jalan banyak rusak. Memang ada juga kesalahan rekanan. Seperti, saat pemetakan tak menggunakan pisau (cutting aspal), hanya menggunakan stamper menggali pemetakan aspal. Sehingga, getaran stamper itu, berakibat keretakan pada aspal diantara lubang pemetakan itu. 

Tak ada,  kompresor menyedot debu dan air sebelum aspal dipaparkan. Padahal, sebelum aspal dipaparkan, jalan yang akan diaspal harus bersih dari debu air. Suhu aspal juga sangat berpengaruh. Apalagi, di Aspal Mixing Plant (AMP), aspal dimasak minimal 30 ton. Dan, harus dipaparkan hari itu juga, kalau tidak berpengaruh pada suhu saat aspal dipaparkan. Aspal dipaparkan dibawah ambang batas 110 derajat celcius, mengakibatkan jalan cepat rusak. Bersambung

More From Author

Seniman Minangkabau Indonesia Sosialisasi di Kucindam Minang Padang TV

Lagi, SMI Diundang Padang TV dalam Program Malam Bagurau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT