Dari ketek lah ditingga ayah
Hiduik jo mande baurai aia mato
Rimbo gadang nan ka ayah rancah
Tasabuik ayah tantaro rimbo
Raso barek kaki ka malangkah
Dek ragam hiduik nan denai hadang
Namun denai pantang ka manyarah
Samangaik ayah indak ka hilang
Ini bagian dari bait lagu ‘Ratok Anak Pahlawan Harimau Kuranji’, Ciptaan Novri Investigasi
Masa kanak kanak ku, tak seindah anak anak lain. Bermanja bersama orang tua, diantar ke sekolah, pergi tamasya, dilalui saat masa kanak kanak. Tapi, itu tak pernah kurasakan, malah menghabiskan hari bertarung dengan kerasnya kehidupan. Mencari uang disela waktu sekolah, berjualan disaat anak anak lain bermain dengan ceria. Itu yang kurasakan, saat ditinggal ayah
Masih diusia ku 5 tahun, ayah pergi dipanggil Sang Khalik. Penyakit yang diderita, saat masuk rimba keluar rimba melawan Belanda, dokter tak bisa menyelamatkan nyawa ayahku. Tuhan memanggil begitu cepat, disaat aku butuh tangan ayah membelaiku dengan manja. Hanya kasih sayang ibu, berteman air mata membesarkanku bersama kakak dan adik.
Jalan panjang, derita hidup harus kami lalui, tanpa seorang ayah. Semangat ayah berjuang melawan penjajah, menginspirasiku untuk tetap bersemangat melawan kerasnya kehidupan. Sampai akhirnya, aku tumbun dewasa diterpa badai kehidupan. Tak ada kata menyerah, tak ada keluh kesah, tetap melangkah, meraih masa depan.
Kasih sayang ibu, lembut manja seorang ibu dan nasehat ibu, menyemangati untuk meraih masa depan. Merangkap sebagai seorang ayah, ibu Pahlawan dihatiku dan ayah Pahlawan bangsa yang ikut merebut kemerdekaan. Aku bangga punya ayah, Pahlawan Harimau Kuranji. Aku bersyukur memiliki seorang ibu yang sangat perhatian dan membesarkanku dengan kasih sayang
Khaidir Imam, nama ayahku tertulis diantara deretan nama di Makam Pahlawan Harimau Kuranji. Kata ibuku Rahmah, ayah orang ketiga yang dimakamkan disana. Artinya. saat ayahku meninggal, baru tiga orang yang dimakamkan di Makam Pahlawan Harimau Kuranji itu.
Ada rasa bangga di hati, darah Harimau Kurang mengalir ditubuhku. Dan, ini juga membawaku, pada pekerjaan yang keras dan penuh tantangan menjadi seorang wartawan Investigasi. Bakinnews, koran Mingguan pertama diawal 90 an yang mengupas, kasus korupsi di jasa konstruksi, melalui pekerjaan proyek.
Dan, berhasil mengungkap beberapa kasus yang menghantarkan, pejabat dilingkungan PU, rekanan menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Akibat korupsi, mereka mendekam dibalik jeruji besi. Begitu juga, saat berpisah dengan Mingguan Binnews, sebelum mendirikan sendirian Koran Mingguan Investigasi,
Beberapa pejabat dan rekanan, juga menerima akibat perbuatannya yang memanfaatkan pekerjaan proyek memperkaya diri sendiri. Disaat ayahku berjuang menggunakan senjata dan mampu runcing melawan penjajah, aku berjuang menggunakan pena melawan korupsi. Darah ayah yang mengalir ke tubuhku, membawaku untuk berjuang melawan korupsi melalui media yang kudirikan. Bersambung