
Oleh : Novri Investigasi
(Bukan Pengamat Politik)
Kota Padang taganang hujan
Tiok sabanta Manghancam warga
Mancari simpatik jo gratis gratisan
Itu nan dibuek calon walikota
Saluran ketek aia takuruang
Mako taganang nagari nan ko
Dek gratis gratisan nan diusuang
Lupo jo banjir marangguik nyao
Trans Padang indak ba halte
Manunggu oto di tapi jalan
Daripado gratisan manyedot APBD
Elok penanganan banjir diutamoan
Kadang tak habis pikir, berpikirpun tak habis habis. Kenapa tiga paslon Wako dan Wawako Padang, latah dengan gratis gratisan yang menyedot APBD. Entah berpikir kurang cerdas, menarik simpatik warga dengan jalan pintas. Tanpa memikirkan ada yang bahaya yang lebih ganas. Banjir jika terjadi hujan deras
Padahal, masalah banjir ini, sudah tajadi sajak tahun ‘katumba’. Dan, tak kunjung ada penyelesaiannya. Hanya sebuah cerita saja. Ibarat dongeng meninabobokkan warga. Namanya banjir, terus menghancam jiwa. Setiap datang Pilkada, macam macam saja yang dijualnya menarik simpatik warga. Santunan kematianlah, tapi tak terlaksana hanya tinggal cerita.
Masuk lagi, Pilkada serentak 2024. 3 Calon Wako dan Wawako Kota Padang, kembali bermain dengan wacana. Kali ini, gratis gratisan memujuk warga. Biar timbul simpatik dan memilih pasangannya. Ada BPJS gratis, menyedot anggaran ratusan miliyar, ada naik Trans gratis, entah darimana diambil anggarannya. Dan, serba gratis lainnya, tanpa memikirkan apakah ini terlaksana
Sementara, masalah krusial, banjir yang setiap saat menghancam jiwa, hanya sekedar angin lalu saja. Bahkan, tak ada solusi, bagaimana mengatasi banjir, jika terpilih nanti. Padahal, banjir ini sama dengan macet. Debit air yang tinggi saat saat hujan, tak seimbang dengan saluran yang ada. Sehingga, mengakibatkan air tergenang. Karena, saluran skunder menuju saluran tersier kecil dan tersumbat.
Begitu juga macet, jumlah kendaraan tak seimbang dengan lebar jalan. Mobil bertambah tiap tahun, sementara lebar jalan dilalui tak ada perubahan, maka terjadi penumpukan kendaraan. Kita tak usah bercerita masalah penyebab terjadinya banjir. Sudah banyak yang tahu, walau ada juga yang sok tahu. Dan, sudah banyak yang pintar, bagaimana mengatasi banjir, walau banyak juga yang sok pintar.
Sekedar diketahui, luas Kota Padang 694,96 kilometer persegi, termasuk hutan lindung. Separoh dari luas kota ini, merupakan daerah perkotaan. Genangnya air didaerah perkotaan, disebabkan buruknya sistim drainase. Baik saluran drainase kwarter yang menjadi tanggungjawab Dinas Perkim Kota Padang
Drainase scunder dan tersier yang menjadi tanggungjawab Dinas PUPR. Sementara, mulut air yang langsung berhadapan dengan laut ada 6 sungai yang menjadi tanggungjawab Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS V). Seperti Sungai Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Kandih, Batang Air Dingin, Batang Timbalun (Bungus dan Sungai Pisang) dan Air Dingin.
Banyak solusi yang dilakukan untuk mengatasi banjir. Ini butuh anggaran yang sangat besar dan bisa menyedot APBD. Seperti, setiap bangunan perlu dibuat sumur biopori yang berfungsi sebagai penampung air sementara. Perbanyak kolam retensi. Dan, mempelebar drainase, agar air mengalir lancar dari saluran tersier dan primer. Sudahlah, terlalu panjang untuk dibahas. Dan, ini perlu jadi perhatian, bukan gratis gratisa. saja.