Oleh: Richard Akbar
Beberapa hari ke depan proses Pilkada 2024 dimulai, sesuai jadwal KPU.
Sejumlah Balon kandidat kepala daerah periode tahun 2024/2029, khusunya di Sumatera Barat sudah semakin ‘kasak kusuk’ meloby loby para Parpol pengusung, temu temu masyarakat di lapangan dengan berbagai dalih, seperti menyerap aspirasi, kangen kangenan, beri bantuan dan segala macamnya.
Yang jadi ujung tombak, agar kandidat bisa lolos ke pendaftaran bakal calon kepala daerah di Komisi Pemilihan Umum (KPU) , tentu parpol pengusung. Minimal memperoleh 20 persen dari keterwakilan di dewan/ dari jumlah anggota dewan, baik di propinsi, kota maupun kabupaten.
Bisa saja diusung oleh satu partai pengusung sesuai dengan jumlah Quota. Bisa juga dua, tiga atau lebih Parpol pengusungnya.
Makanya terlihat para balon yang berminat menjadi kepala daerah makin inten melakukan pendekatan ataw loby loby ke pengurus Parpol agar bisa diusung menjadi balon kepala daerah.
Hal itu tidak hanya bagi kandidat berasal dari partai bersangkutan maupun yang tidak punya partai.
Akhir akhir ini juga terlihat ada saling serang diantara Balon untuk mencari simpatik para konstituen/ pemilih.
Saling serang dalam dunia perpolitikan sebenarnya hal yang lumrah. Cuma jangan sampai over dosis, bisa saja yang bersangkutan mendapat nilai minus dari masyarakat, yang rugi tentu diri sendiri si Balon.
Dari kemasan dan tampilan foto foto di spanduk, sticker dan baliho di berbagai pinggir kawasan jalan raya, semuanya foto dan wajah Balon kandidat kepala daerah sangat nyentrik.’Kecek’ orang Minang ‘gagah semuanya’
Jadi hampir semua balon punya kemasan yang baik, kandidatnya ‘Keren’ sekali, termasuk tata busananya.
Terlihat semua Balon sangat percaya diri dan menjanjikan sekali. Semuanya bilang untuk membangun kota/ kabupaten dan provinsi yang lebih dan maju ke depannya.Super sekali.
Secara umum tentu masyarakat tidak sangat kenal satu persatu dengan bakal calon kepala daerah itu.
Banyak yang kenal hanya melalui penampilan foto wajah di spanduk, baliho atau Billboard besar yang terpampang dipinggir berbagai kawasan jalan raya.
Mungkin nanti setelah terpilih sebagai calon kepala daerah mereka akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam masa kampanye.
Dalam masa kampanye beberapa bulan itu, tentu sulit juga menebak trick record kandidat yang sebenarnya. Termasuk melihat lebih dekat kemampuan yang dimilikinya selama ini.
Sedangkan, bagi mantan mantan kepala daerah tentu masyarakat sudah melihat dan merasakan sepak terjang yang bersangkutan, plus/ minusnya sudah dirasakan masyarakat. Inilah untungnya bagi para mantan mantan kepala daerah.
Tetapi, baik mantan maupun pendatang baru harus diketahui dulu trick recordnya.Integritasnya dan hal hal positif lainnya.
Barulah masyarakat akan menjatuhkan pilihannya kepada siapa ?
Apalagi masyarakat kini sudah semakin cerdas, ndak tergiur dengan kemasan. Bahkan, mereka juga punya “daftar pustaka” dan rujukan sendiri untuk itu.
Pasti pemilih tidak mau, ‘Mambali Kuciang’ Dalam Karuang”. Yang Ndak jelas.
Kandidat dari awal harus siap menang dan kalah, agar tetap stabil.