

PESSEL INVESTIGASI
Warga masyarakat Nagari Ampuan Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan – Sumbar, melakukan kegiatan malamang Basamo dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri 1444 hijriah Tahun 2023 dihalaman Masjid Raya ‘Amalur Rahman, Rabu (20/4-2023).
Hadir dalam kesempatan itu Wali Nagari Ampuan Lumpo, Syahrial, tokoh masyarakat Kenagarian Lumpo, Mardinas N Syair, Suherman, Irwansyah Datuak Mudo, para ninik mamak, alim ulama, dan bundo kanduang se Kenagarian Ampuan Lumpo.
Tokoh masyarakat Kenagarian Lumpo, Mardinas N Syair, mengatakan bahwa malamang setiap memasuki Hari Raya Idul Fitri, dan hari besar Islam lainnya sudah menjadi tradisi oleh masyarakat di kenagarian itu dari sejak lama.
Namun kegiatan malamang tersebut sudah menjadi barang langka dijumpai di daerah itu, untuk itu kegiatan malamang Basamo itu digelar supaya para generasi muda tidak melupakan tradisi yang sudah lama pudar itu kini di galakkan lagi.
“Tradisi malamang ini bisa dibilang sudah menjadi barang langka di tengah tengah masyarakat, untuk itu kegiatan ini digelar supaya generasi muda mengingat kembali tradisi yang sudah lama pudar itu,” katanya.
Kegiatan malamang Basamo yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Ampuan Lumpo selain untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah juga untuk menyambut para perantau yang pulang kampung dari berbagai daerah.
” Kegiatan malamang basamo sebagaimana dilakukan itu merupakan yang pertama digelar di nagari itu. Ini kita lakukan juga berkaitan dengan telah dimulainya pembangunan Masjid Raya Amalur Rahman, Ampuan Lumpo,” ujarnya.
Kemudian lagi katanya,Sehingga para perantau dan masyarakat pada puasa terakhir melakukan buka bersama di lokasi pembangunan masjid ini. Nanti makanan tradisional lamang yang terbuat dari beras ketan dengan menggunakan bambu sebagai media untuk memasak ini akan kita sajikan sebagai menu utama,” jelasnya.
Ditempat yang sama Suherman, tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa tradisi malamang setiap akan memasuki hari raya dan hari besar Islam lainnya sudah mulai hilang di masyarakat, termasuk juga di nagari itu.
“Agar tradisi malamang ini kembali bangkit sebagaimana dahulunya, sehingga tradisi malamang basamo ini akan kita gelar setiap tahunnya di nagari ini nantinya,” jelas Suherman pula.
Dia mengakui bahwa saat ini di daerah itu, termasuk juga di Nagari Ampuan Lumpo sebagian besar generasi muda tidak lagi bisa memasak makanan tradisional lamang.
“Dengan digelarnya memasak lamang se kampuang ini, maka para generasi muda atau para milenial kembali mengenal dan tahu cara memasak makanan tradisional khas masyarakat Minangkabau ini, terutama sekali di nagari ini,” ucapnya.
Dari itu dia berharap agar tradisi malamang se kampuang yang dimulai perdana tahun ini bisa terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
“Sebab masakan tradisional dengan menggunakan bambu sebagai media utama untuk memasak ini, merupakan kebanggaan masyarakat kita dari sejak dahulu. Jadi harus tetap kita lestarikan sepanjang masa,” harapnya.
Asmanidar 62, salah seorang ibu-ibu yang ikut memasak lamang di lokasi menjelaskan bahwa ada empat jenis lamang yang dimasak oleh masyarakat setiap memasuki Hari Raya Idul Fitri di nagari itu, termasuk juga pada kegiatan malamang Basamo tersebut.
“Ada empat jenis lamang yang dimasak untuk disuguhkan setiap hari Raya Idul Fitri di nagari ini terhadap tamu. Diantaranya, lamang ketan hitam, ketan putih, lamang tapai, dan lamang pisang,” jelasnya.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat lamang itu diantaranya, bambu sebagai media untuk memasak, beras ketan putih dan hitam, pisang dan daun pisang, serta juga santan kelapa.
“Untuk memasak lamang ini menghabiskan waktu hingga mencapai lima jam. Tujuannya agar tekstur masakan benar-benar meresap hingga sempurna dan tidak mudah basi, atau bisa tahan hingga dua minggu tanpa memakai bahan pengawet,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa para emak-emak yang mengikuti kegiatan melamang Basamo itu diikuti oleh puluhan peserta dari tiga kampung yang ada di nagari itu. Diantaranya, Kampung Pasa, Kampung Ampuan, Kampung Rimbo Laweh. (Don)