
Banyaknya wajah baru yang menghuni gedung dewan, terutama di Kota Padang, menjadi tanda tanya banyak orang. Kok, bisa petahana bertumbangan? Padahal, sudah puluhan miliyar dana Pokok Pikiran (Pokir) untuk warga. Baik, untuk pembangunan infrastruktur, UMKM dan sarana prasarana lainnya.
Setiap turunnya dana pokir berdasarkan permintaan warga, juga ada spanduk ucapan terima kasih kepada anggota dewan yang memberikan dana pokirnya untuk warga. Bahkan, saat pokir turun disertai acara syukuran bersama warga. Kok, saat Pileg, suara hilang begitu saja?
Entah, apa yang terjadi, perjuangan petahana melalui dana pokir membantu warga, terasa sia sia. Kepedulian terhadap suatu daerah dengan membangun infrastruktur, seakan tiada artinya. Spanduk yang ada dilokasi pekerjaan infrastruktur, terutama jalan lingkung, bertuliskan, proyek ini berkat dana pokir dengan ini dan itu, hanya terpampang tak bermakna
Buktinya, saat Pileg 2024 ini, banyak petahana bertumbangan. Bisa saja, petahana terlalu percaya diri dengan dana pokir. Mereka berharap, dana pokir yang diturunkan kepada warga, akan berbalas memberikan suara. Karena, telah berjuang untuk warga, telah membantu pembangunan infrastruktur untuk kepentingan warga.
Tapi, mereka lupa saat waktu pencoblosan, ada yang lebih dasyat dari dana pokir, yakni serangan pajar. Berbagi uang dan sembako, menutupi dana pokir yang telah diberikan kepada warga. Bahkan, serbuan serangan pajar dan sembako, juga dilakukan ditempat warga yang telah menikmati dana pokir.
Lima tahun, membangun infrastruktur, lima tahun membantu warga melalui pokir, hilang sekejap dengan serangan pajar. Warga lebih menikmati apa yang didapat hari ini, bukan lagi memikirkan apa yang telah dinikmati selama ini. Serangan fajar dan sembako, setidaknya bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk hari ini. Untuk besok, nanti saja dipikirkan. Jual suara dulu, walau lima tahun pemberi serangan pajar dan sembako menikmati suara mereka
Penulis
Novri Investigasi