
Kudo banamo balang tigo
Nan punyo Mak Pono
Tasabuik juo aia mato buayo
Aia mato babaluik duto
Di galanggang kudo babarih
Kudo balang tagak dimuko
Di nan rami ba isak tangih
Bia urang maraso ibo
Kudo balari diateh bukik
Manurun jalan jo mandata
Aia mato dipangguang politik
Cando mancalik drama korea
Bakudo bendi ka Pariaman
Dilacuik kusia kudo balari
Kok aia mato nan dimainkan
Baperan kato urang kini
Air mata buaya, sebuah istilah dan anekdot, bagi orang orang yang dibaluti kepalsuan. Demi sebuah ambisi, demi sebuah keinginan, kadang demi mengejar impian air mata menjadi senjata andalan. Menarik simpatik, biar orang merasa kasihan dan tertarik, air pun mata pun menitik. Itupun terjadi panggung politik
Apa sih, maksud dari air mata buaya itu. Banyak versi, termasuk kisah kenapa air mata buaya menjadi populer. Namun, jika dilihat maksud dari aia mata buaya itu, emosi palsu pada seorang munafik yang pura pura bersedih dan mengeluarkan air mata palsu. Ekpresi ini, berasal dari anekdot kuno, buaya menangis untuk menarik perhatian mangsanya atau menangis untuk mangsa yang mereka terkam
Jika seseorang menangis dan terlihat berpura pura untuk memalsukan penyesalan atau menarik simpatik, biasa orang tersebut, mengeluarkan aia mata buaya. Air mata buaya, mewarnai drama kehidupan. Misalnya, terdakwa dalam sidang, menangis seakan menyesal agar hukuman berkurang. Orang yang ketahuan bersalah dan pura pura menangis seakan ada penyesalan agar bisa dimaafkan
Putus bercinta, menangis dan mengeluarkan air mata, agar pasangan merasa hiba. Cinta dusta selama ini, dengan meneteskan air mata, agar bisa dimaafkan dan bisa dirajut kembali. Orang orang politik, mengaku terzalimi, tersakiti oleh lawan politiknya, mengeluarkan air mata agar bisa menarik simpatik pemilih. Walau kadang, aia mata itu tak sesuai fakta dan hanya patamorgana saja, terpenting berharap hiba dari massa
Sejarah lahirnya, istilah air mata buaya ini, sudah ada berabad abad lalu. Berbagai versi dan berbagai para ahli menyimpulkan arti air mata buaya itu. Salah satunya, Sir John Mandeville yang menulis buku The Travels Of Sir John Mandeville tahun 1356. Dalam buku itu, diasosiasikan sebagai air mata palsu, karena memang buaya hanya menangis saat mereka memakan mangsanya.
Air mata itu, bukan karena terenyuh atau prihatin, karena sudah memangsa makhluk hidup ciptaan Tuhan, melainkan karena bagian kerja biologis tubuhnya. Sebab, pada saat buaya mengigit mangsanya dengan gigitan kuat, terjadi kontradiksi otot rahang yang membantu meremas air mata dari kelenjer lakrimal. Itulah sebab, air mata buaya disebut sebagai air mata palsu dan lambang kesedihan yang pura pura. Menangis setelah menerkam mangsanya.
Begitu juga manusia yang meniru sifat buaya, berlagak menangis saat ia sadar memakan temannya sendiri. Mengalahkan lawan berbagai cara, demi ambisi. Tak perduli, segala aturan dilanggar demi kekuasaan. Menggunakan air mata berharap belas kasihan. Melakukan perbuatan curang dan membalikkan fakta, seakan ia terzalimi. Seakan ia orang yang benar dan dibully orang lain. Air mata menjadi senjata untuk menerkam teman dan mengalahkan lawan.
Penulis
Novri Investigasi
where can i buy generic cytotec pills I triggered on Friday and ovulated on Sunday