
Gunuang Padang tatutuik kabuik
Tasiram hujan mako ka tarang
Baa kaba fly over Sitinjau Lauik
Lah arok juo Ranah Minang
Naik kapa ndak manyubarang
Kapa balabuah di Muaro
Batanyo juo urang di galanggang
Lai kajadi akhia tahun ko
Pai baralek babaju batik
Baju batik baragi bungo
Dek ribuik tahun politik
Caritonyo lah hilang sajo
Baburu kijang ka dalam rimbo
Tatembak badia anak ruso
Dulu ribuik cando ka iyo
Kini antah dima tasangkuiknyo
Flyover Sitinjau Lauik yang menghubungkan Kota Padang dan Kabupaten Solok, sudah lama dibahas media Investigasi. Bahkan, jauh sebelum viral dan menjadi perbincangan berbagai kalangan.
Saat memasuki tahun politik, persoalan fly over kembali dibuka dan menjadi menu menarik untuk dibahas. Mereka pun memanfaatkan fly over untuk menarik simpatik warga Sumbar. Karena, mereka menyadari, Ranah Minang sangat mendambakan ular beton itu.
Punya link dipusat, punya kedekatan dengan pengambil kebijakan, mereka berusaha untuk melobi demi mewujudkan flyover yang sudah lama digagas.
Bukan sekedar bicara, tapi dibuktikan dengan membawa pejabat pusat, menteri, bahkan presiden untuk melihat Sitinjau Lauik, lokasi akan dibangun flyover
Kegigihan mereka menjadi viral dan tersebar ke seantero nusantara. Beritanya, dimedia sosial, online, elektronik dan koran, terus bergema.
Sehingga, besar harapan masyarakat Ranah Minang, agar perjuangan mereka sukses untuk meraup dana pusat, membangun flyover itu.
Soalnya, harapan itu pernah ditunggu tunggu warga sebelumnya. Namun, berujung kegagalan. Jauh sebelum mereka berjuang, Channel Investigasi TV pernah membahas bersama mantan Wakil Gubernur Sumbar, alm Nasrul Abit.
Bahkan, sudah lama berjalan. Ini terlihat dari desain geometri yang sudah dibuat. Saat itu. alm Nasrul Abit menyebutkan, flyover Panorama 1 Sitinjau Lauik sepanjang 2,60 Km diperkirakan menelan dana Rp1,363, itu sudah termasuk study kelayakan, detail engeneering desain dan Amdal
Sedangkan, Flyover Panorama 2 sepanjang 3,87 Km, diperkirakan menelan anggaran Rp2.05i Triliun. Kendala pekerjaan, masih tersangkut izin kawasan dari Kementarian Lingkungan Hidup.
Kenapa, alm Nasrul Abit, berupaya keras mewujudkan flyover, jawabnya, karena ini sangat urgen sekali. Alasannya, daerah Sitinjau Lauik merupakan daerah rawan kecelakaaan.
Selama priode 2016-2020, terjadi sebanyak 50 kecelakaan, meninggal 9 orang, luka ringan 111 (Berdasarkan data Polresta Padang). Banyak kendaraan yang lepas kendali (out of control) terutama angkutan berat (truk) 15.
Hampir setiap hari kendaraan berat terjadi kegagalan mendaki, karena tanjakan terjal panjang dan curam. Ditambah lagi, radius tikungan sempit dan terjal. Lagipula, Sitinjau Lauik, merupakan jalur logistik lintas Tengah Sumatera.
Entah mengapa, tiba tiba pembangunan flyover ini, dibatalkan pada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Nasional. Alasan, karena besarnya biaya.
Sebagai penggantinya, Pemrov Sumbar melakukan pelebaran pada arah jurang dengan pemasangan beton. Namun, penulis menilai cara ini tak menjadi solusi, sebab tak mampu menahan longsor yang menjadi hancaman pengendara melewati lokasi itu.
Dibalik pembatalan itu, tiba tiba pembangun flyover mencuat lagi. Bahkan, masing masing pihak, melihatkan kepiawaiannya melobi pusat, memanfaatkan kedekatannya meyakinkan masyarakat.
Setitik harapan, mulai terlihat, rencana melanjutkan pembangunan fly over makin menggeliat. Saling membuktikan, saling berjasa dan terdepan dalam berjuang, mengiringi semangat flyover
Saking semangatnya, ada mengatakan, Juli 2023 sudah terlaksana, akhir tahun 2023 sudah dikerjakan. Intinya, flyover sudah oke, tinggal mengerjakan saja.
Entah mengapa, semangat itu, meredup begitu saja. Bahkan, sudah memasuki akhir tahun 2023, beritanya entah menyangkut dimana.
Seakan,
hilang ditelan gemuruhnya suara Pilpres yang menjadi pembicaraan hangat sekarang ini. Tentu timbul pertanyaan, apakah ini berhenti sementara, karena Pilpres dan Pileg. Atau tak ada anggaran untuk mengerjakan, karena tersedot Pileg dan Pilpres
Belum ada jawaban, terkait flyover. Namun,
terlepas dari semuanya itu, penulis sebagai warga Sumatera Barat, merasa bangga dengan perjuangan mereka. Dan, juga berharap perjuangan itu berbuah hasil.
Meski, perjuangan itu, sarat muatan politik, disebabkan heboh memasuki tahun politik. Sejalan dengan keinginan Ranah Minang, penulis juga berharap impian dibangunnya fly over bisa terwujud. Kalaupun tidak sekarang, bisa pasca Pileg dan Pilres, Better late than never. Semoga.
Penulis
Novri Investigasi