Antara Caleg dan Panjat Pinang

Spread the love

Apa sih, hubungan Calon Legislatig (Caleg) yang diusung partai dengan panjat pinang. Kalau dihubung hubungkan, pasti ada. Karena, Caleg partai satu Daerah Pemilihan (Dapil)  berjuang bersama sama untuk mendapatkan ambang batas suara agar dapat kursi. Sementara para pemanjat pinang bersatu, kompak dan bekerjasama untuk mendapatkan hadiah diujung batang pinang

Namun, antara Caleg dan panjat pinang sama sama berjuang itu, endingnya berbeda. Dan, sangat jauh berbeda. Caleg ada ego untuk tidak berbagi, lupa teman saat dapat kursi. Beda dengan panjat pinang. Setelah berjuang bersama sama, hadiah didapat dibagi sama rata. Ini perbedaan yang sangat signifikan. Padahal, sama sama berjuang demi mendapatkan impian dan hasil yang diharapkan.

Sebelumnya, kita lihat dulu sejarah batang pinang dan bagaimana Caleg bisa duduk dan mendapatkan kursi. Panjat pinang dan Caleg sama sama punya tantangan dan kerja keras untuk mencapai impian. Panjat pinang, penuh perjuangan, karena, pohon pinang dikuliti dan dilumuri cairan pelicin, perlu kerja keras dan cerdas melewati hadangan. Termasuk strategi dan kekompakan mencapai puncak.

Begitu juga Caleg suatu partai dan satu Dapil,  penuh perjuangan, kerja keras dan kekompakan untuk mendapatkan kursi. Apalagi, proses penghitungan suara pada pemilihan legislatif diperkirakan akan tetap menggunakan metode sainte lague. Sainte legue ini, sempat menjadi regulasi yang disahkan pada 21 Juli di DPR RI dengan menggabungkan tiga UU Pemilu.

UU No 8/2012, Tentang Pemilu Legislatif, UU Nomor 15/2012, Tentang Penyelenggaraan Pemilu dan UU 42/2008, Tentang Pemilihan Presiden/Wakil Presiden. Teknik Sainte Lagu e ini, mempersyaratkan adanya pemenuhan ambang batas parlemen sebanyak 4 persen dari total suara. Apabila syarat ini telah terpenuhi, maka langkah selanjutnya menggunakan metode Saint Lague untuk mengkonversi suara menjadi suara di DPR.

Artinya, Caleg dalam satu partai Dapil, meski bertarung sesama mereka untuk mendapatkan suara terbanyak. Namun, perlu kerjasama untuk memenuhi ambang batas suara demi mendapatkan satu kursi. Siapa yang suara terbanyak, tentu akan duduk dikursi. Sementara, teman yang ikut menghantarkan memenuhi ambang batas suara, tak lagi dihiraukan. Padahal, berkat suara mereka juga kita mendapatkan kursi.

Beda dengan panjat pijang yang sering menghiasi acara 17 Agustus atau Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka juga berjuang bersama, mencapai ambang batas untuk mendapatkan hadiah. Namun, setelah satu teman sampai kepuncak, hadiah bukan dibawa sendiri, tapi berbagi. Baik, bagian paling bawah diinjak kepala, bagian tegah diinjak bahu, maupun bagian atas yang mengambil hadiah. Perjuangan dan kekompakan mereka sama dan hadiah dibagi rata. 

Penulis

Novri Investigasi

More From Author

Puluhan Tahun Terisolasi, Mimpi Warga Menjadi Nyata. Berkat Perjuangan Athari Gauthy Ardi, Jalan Kapujan-Rimbo Data Senilai Rp36 Milyar Mulai Dikerjakan

Libas Kejati Sumbar 10 Gol, Polda Sumbar Favorit Juara Turnamen Gubernur Sumbar Cup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT