Alun kariang aia mato
Alun taubek hati nan luko
Bakeh bancano masih manyeso
Kini tibo juo nan manimpo
Antah sia nan salah
Mako turun murka Allah
Dek hutan sumbarang rambah
Izin tak sasuai pituah
Awak juo nan baulah
Cubo lah inok manuangan
Lah banyak nan jadi korban
Jan salah gunokan kakuasaan
Bapikia dulu ma agiah tando tangan
Ebit G Ade alah mangingek an
Mungkin Tuhan lah mulai bosan
Maliek tingkah kito
Nan salalu babuek doso
Usah ka rumpuik bagoyang batanyo
Elok kito koreksi diri sajo
Sumbar maratok, Ranah Minang manangih. Nagari Saribu Bencana kembali ditimpa bencana. Belum habis air mata, akibat bencana yang datang beberapa bulan lalu. Belum terobati seso dibadan akibat sisa bencana. Kini datang lagi menimpa. Menambah robek luka lama yang masih menganga
Entah siapa yang salah. Sehingga datang murka Allah. Atau akibat hutan salah rambah, izin terlalu dipermudah. Entahlah, sekarang kita hanya bisa merenung. Kenapa semua terjadi. Sampai kapan terus begini. Sebab itu disebabkan akibat. Mungkin, akibat kita salah jalan, akibat kita terlalu banyak berbuat dosa. Itu sebabnya, Tuhan murka.
Lihatlah tangis saudara kita. Kehilangan harta benda, kehilangan usaha, kehilangan, anak, ayah, ibu, adik, kakak dan sanak saudara. Kehilangan segala galanya. Lahar dingin, longsor dan banjir bandang, mengambil apa yang mereka miliki. Merampas harapan hidup selama ini
Tak mungkin, kafe dan warung berdiri begitu saja di bantaran sungai. Tak mungkin, alat berat meraung merambah hutan, menikmati kekayaan alam. Tak mungkin berjalan mulus begitu saja. Tentu, semuanya itu ada, karena ada yang mengizinkan. Warga berani berusaha dan mendirikan bangunan di bantaran, bukan bermodal nekat, bisa jadi ada izin pejabat.
Begitu juga, perambahan hutan yang dilakukan pengusaha, pasti ada modal yang dibawa. Kalau tak ada modal izin usaha, ya modal bekingan bisa juga. Kalau tidak, kenapa berani melakukan semua itu, tanpa ada yang berani menghalangi. Kalau ini, mungkin tanya hati nurani dan tak ada jawaban pada rumput yang bergoyang
Sekarang, bukan saatnya mencari kesalahan. Evaluasi dan koreksi diri, solusi mencari jalan keluar. Dan, mengurangi bencana, akibat ulah kita. Jangan sampai korban berjatuhan lagi, akibat ulah kita juga. Dan, menjadi korban saudara kita juga. Timbulkan rasa kita, menyisakan sedikit yang kita punya. Menyumbang untuk saudara kita demi meringankan deritanya. Ya, sampai disini saja
Penulis
Novri Investigasi