Oleh : Richard
Sekitar Bulan November 2024 ( kalau tidak diacak acak lagi), akan dilakukan pemilihan kepala daerah. Baik tingkat propinsi, kota maupun kabupaten di tanah air. Termasuk di kawasan Sumatera Barat.
Pemilihannya Seperti, ‘Berpacu Dalam Melodi’ para peminat untuk duduk di kursi ‘empuk’ BA 1, baik di propinsi maupun kota/ kabupaten semakin deras. Ibarat air mengalir dari hulu ke hilir. Seperti tanpa ada bandrol para bakal calon bermunculan,.
Para baka calon itu ada dari kalangan pengusaha, pensiunan angkatan, perguruan tinggi, pensiunan ASN, birokrat dan para incumbent/ masih aktif.
Nama nama mereka yang naik ke permukaan tersebut, ada yang dimunculkan sendiri, ada pula yang dimunculkan oleh masyarakat, ada juga calon yang merasa masih kuat untuk periode kedua (masih PD).
Begitu berjibunnya nama nama bakal calon tersebut, karena mereka yakin secara kwalitas mampu menjadi pemimpin utama di daerah ini, seperti gubernur, bupati dan walikota
Kenapa mereka begitu berambisi menjadi pemimpin utama di daerah ini. Tentu dengan berbagai banyak alasan dan argumentasi sesuai versi masing masing bakal calon tersebut.
Selintas terlihat menjadi kepala daerah memang enak, mobnas berkilat dengan merek dan tipy terbaru, fasilitas serba mencukupi, mulai dari kebutuhan rumah tangga, perjalanan lokal dan luar daerah/ manca negara, fasilitas rumah dinas. Dan, sederetan fasilitas lainnya yang mampu mengangkat harkat dan martabat diri yang bersangkutan.
Kalau ‘fasilitas uang’, tentu standar dan sesuai aturan main. Kecuali kalau mereka lihai dalam menempatkan diri sebagai pimpinan utama?
Kalau kriteria sebagai kepala daerah sudah standar sejak sediakala. Semua orang sudah mengetahuinya. Satu yang amat penting setia kepada ideologi negara Pancasila, UUD 1945 dan aturan ketentuan lainnya. Selain itu hanya persyaratan teknis saja, seperti pendidikan, dan lainnya yang tertera jelas di Kantor KPU.
Pemimpin yang diinginkan masyarakat itu, tentu mereka yang punya jati diri atau ada kekhususannya yang tak dimiliki calon lain. Kini masyarakat sudah sangat jeli melihat mana yang “Atah ma nan Bareh”. Mana yang hampo dan mana yang bisa ‘Dimasak’
Kalau istilah zaman kini, harus punya trick record yang baik dan bisa diterima di semua kalangan masyarakat. Punya duit banyak untuk modal maju, tidak cukup kalau tidak didukung hal hal lain.
Hal hal tersebut bisa saja, berupa ketokohannya, dikalangan pemuka adat, pemuka agama, kemasyarakatan, sosial budaya Ketokohan dikalangan generasi muda sebagai pemilih yang sangat dominan saat ini.
Apakah pemimpin ke depan harus punya suara keras dan lantang? Bisa saja, tetapi yang lebih penting bisa mengayomi dan beradaptasi dengan masyarakat. “Tau Jo nan Ampek, kato melereng, kato mandaki dan kato mandata, kato manurun.
‘Jan Samokan sajo sawah Jo pamatang”. Nan kalamak dek awak se, “Ndak tau urang ka tagisia jo tasinggung”. Mentang mentang KDH, tentu tak bisa sakahandak hati awak se.
Tidak kalah pentingnya, pemimpin ke depan lihai dalam hal loby meloby, baik lokal, nasional maupun internasional. Sehingga bisa mendapat tambahan dana untuk membangun berbagai infrastruktur di wilayah yang dipimpinnya. Jangan lupa, pimpinan di Sumbar, kota/kab, juga harus bisa membawa investasi, lokal, nasional dan dunia.
Kalau hanya sekedar keinginan menjadi kepala daerah saja tidak cukup, harus didukung hal hal diatas tadi. Semoga kita dapat pemimpin yang jitu dan hebat