Catatan Novri Investigasi : Kecerdasan Emosional Dalam Berpolitik

Spread the love

Sebuah kata bijak mengiringi tulisan ini. “Tiada laut namanya, kalau dia tak berombak. Semakin dalam lautnya, semakin besar ombaknya. Tiada manusia namanya, kalau ia tak bermasalah. Semakin lama manusia hidup, semakin banyak masalah dihadapinya (Novri Investigasi)

Kedewasaan seseorang, bukan dilihat dari usia, jabatan, pendidikan dan status sosial. Kedewasaan seseorang, bagaimana ia bisa mengontrol emosi disaat marah. Mengecilkan masalah besar dan menghilangkan masalah kecil (Novri Investigasi)

Manusia hebat adalah manusia yang bisa mengendalikan diri saat dikuasai amarah, tenang saat dipermalukan, tersenyum saat diremehkan. Kemarahan besar, hanya ada dalam dada orang yang berpikir bodoh (Albert Einstein)

Orang yang sabar, bukanlah mereka yang tidak memiliki rasa marah, tetapi yang bersikap dewasa yang mampu mengendalikan amarahnya. Emosi yang terburu buru menjadikanmu orang yang bodoh dengan sangat cepat (Bruce Lee)

Orang bijaksana adalah orang yang tahu kapan perlu menggunakan emosi dan kapan harus menggunakan logika (Bong Chandra). Memang susah untuk mengembalikan emosi, apalagi itu sudah menjadi karakter seseorang

Banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual, tapi lemah dalam kecerdasan emosional. Bahkan, emosional lebih menonjol dari intelektual. Dan, ini sering terjadi dalam dunia politik

Padahal, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional berperan besar, membuat seseorang dewasa dalam berpolitik. Ada terjadi sebaliknya, kecerdasan emosional tak dimiliki menjadi bumerang bagi dirinya sendiri

Ini kita lihat dari pengertian dari kecerdasan emosional itu sendiri, yakni kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya.

Padahal, Kecerdasan emosional (emotional guotient – EQ), lebih berperan dari  kecerdasan Intelektual (IQ). Sebab, keberhasilan seseorang ditentukan 80 % kecerdasan emosional dan 20% kecerdasan emosiomal (Daniel Goleman)

Menurut Howar Gardner, ada lima pokok utama dari kecerdasan emoasi seseorang, mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri. Memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain. Mampu merespon dan bernegoisasi dengan orang lain secara emosional. Dapat menggunakan emosi sebagai alat memotivasi diri.

Kesimpulannya, dengan adanya kecerdasan emosional seseorang bisa mencapai kesuksesan. Sebab, orang yang memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik, lebih mudah dipercaya, bisa beradaptasi dengan baik, bisa bergaul dan bekerjasama dalam tim, memiliki rasa tahu yang tinggi serta memiliki motivasi.

Ini menjadi faktor seseorang untuk terjun dalam dunia politik. Karena, politik itu sendiri adalah usaha yang ditempuh untuk mewujudkan kebaikan bersama. Dan, caranya, bagaimana bisa menarik simpatik masyarakat, berbaur ditengah masyarakat. Bisa beradaptasi, sehingga mudah dipercaya masyarakat

Politik itu, mengenyampingkan emosi, merasa benar dan pintar sendiri. Karena, politikus itu, besar karena rakyat, mendapat kekuasaan dan jabatan karena rakyat. Setidaknya politik itu haruslah merakyat. Tentu, kecerdasan emosional menjadi dasar utama, sebab ini berkaitan dengan orang banyak. Bukan emosi, merasa benar sendiri.

Dan, tak bisa dipungkiri saat berharap suara dan dukungan, sangat dekat dengan warga. Silaturahmi terjalin setiap hari. Lunak lidah daripada gigi. Setelah meraih kekuasaan, emosi mulai terlihat, arogan ditampilkan. Anti kritik, tak sejalan dihadapi dengan kekerasan. Buzzer bayaranpun ikut memperkeruh keadaan.  Kenapa ini terjadi? Bersambung

More From Author

PT. Arpex Primadhamor dan Dinas BMCKTR Sumbar : Jalan Aspal Bak Hamparan Permadani di Lokasi Ekstrem Menuju Museum PDRI

Dinas PUPR Kota Payakumbuh dan CV. Taman Karya Manggala :  Jembatan Punai, Membentang Kokoh Bernuansa Hijaunya Persawahan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT