Oleh :Richard Akbar
Dari Banda Buek ndak ka Indaruang ka Indarung,
Maluncua jalan ka Pasa Padang,
Kok sanak yo ingin bajuang,
Sabana barek jalan nan di hadang.
Untuk parintang rintang waktu, kadai Mak Katik selalu ramai urang nan minum kopi jo makan mi. Karano rasonyo lai mangigik dan padiah.
Sesuai pantun awak di diateh tadi. Yo berjibun calon/ bakal calon Walikota Padang Priode lima tahun mendatang (2024/2029).
Masa tugas Wako Hendri Septa/ Ekos Albar, baru abih tanggal 13 Mei 2024. Tapi urang nan ka mengisi posisi itu cukup banyak, baik dari kalangan anggota dewan, pengusaha/ usahawan, ustad, perguruan tinggi, mantan kepala daerah, dokter , incambent, dan lainnya.
Banyaknya peminat untuk.jadi walikota/Wawako, membuktikan, dinamika percaturan politik di daerah ini sangat terbuka, cukup signifikan dan bersaing ketat.
Nama nama bakal calon itu sepertinya muncul dari keinginan mereka yang bersangkutan. Hal ini sangat menggembirakan kita, karena mereka serius dan punya keinginan dan tanggungjawab yang besar untuk.membawa kota ini ke arah yang lebih baik dan maju dimasa mendatang.
Sebagai ibukota propinsi, Padang tentu berbeda dengan daerah lainnya di Sumbar, punya karakter yang khusus yang tidak dimiliki di daerah lain.
Dinamika politiknya sangat kental dan terasa.
Kalau di daerah lain, seperti di kabupaten rasa kekerabatannya sangat kental dan jelas. Tetapi di Padang sangat beragam dengan karakter yang khusus/ berbeda. Seperti penduduknya mayoritas bercampur dari berbagai suku bangsa di tanah air. Makanya pendekatannya sangat khas pula. Mengkombinasikan pendekatan kesukuan, budaya, etnis dan moderen. Dengan trick yang beragam pula.
Sebutlah misalnya, di salah satu kawasan komplek Perumnas/ Real Estata. Penghuninya jelas dari berbagai suku bangsa dan budaya. Di Padang boleh dikatakan kawasan perumahan sangat menjamur, yang jumlah penghuni nya sangat signifikan. Kadangkala melebihi jumlah anak nagari/ kemenakan di satu kaum/ suku.
Di suatu wilayah seorang calon memiliki kaum yang banyak belum tentu mereka raih suara terbanyak, karena disana juga banyak kawasan perumahan. Sebutlah Kuranji, Kototangah, Pauh, Nanggalo dan sebagainya. Penduduknya sangat beragam. Apalagi si calon itu ndak menyatu pula dengan kaum/ kerabatnya.
Lalu bagaimana caranya seorang calon meraih suara terbanyak, tentu mengkombinasikan sistem kekerabatan dan kebangsaan (multi etnis/suku). Mereka harus dekat dan menyatu di dua sistem itu.
Lalu ada pula kalangan pegawai negeri sipil dan keluarga TNI/ Polri. Ini kaum yang sangat cerdas dan pintar. Mereka tidak bisa diatur diatur begitu saja, tetapi sangat jelimet dan cerdas dalam menentukan pilihannya.
Si calon harus open dan terbuka dengan visi misinya. Jujur dalam actionnya sesuai yang telah dijanjikan atau yang telah di planning sejak jauh jauh hari. Dan pendekatan cultural lainnya.
Generasi muda juga tak kalah pentingnya. Pemilih ini kini sebagian besar generasi muda. Generasi muda kini, juga semakin cerdas dan sangat jeli juga. Untuk menggarapnya harus hati hati. Si calon harus pandai menarik hatinya dengan hal hal yang baik dan dapat dibuktikan. Si calon jangan asbun, asal bunyi,/ omok omon, mereka tau.
Kalau kita simak dari perkembangan saat ini, termasuk dari media. Bakal calon pimpinan Padang itu cukup banyak bermunculan. Diantaranya, ada Hendri Septa ( Wako kini), Ekos Albar ( Wawako kini), Fadly Amran mantan Wako Padang Panjang, Maigus Nasir anggota DPRD Sumbar, Aciak Amin, Alkaudri, Epy Yendri Rajo Budiman. Dan, banyak lagi yang lain lainnya.
Masyarakat pasti ingin tau lebih cepat siapa yang pantas dan yang akan menang dari sekarang, setelah melihat trick record mereka selama ini.
Kalau incambent pastilah masih berpeluang besar. Karena mereka masih sangat dekat dengan berbagai kalangan, apalagi punya peluang dan sangat inten berkomunikasi dengan warga dan aparatnya. Bila dilihat dari kasat mata punya peluang besar. Namun hati nurani masyarakat yang sebenarnya siapa yang tau. Bak pepatah,’ dalam laut bisa diukur, dalam hati susah menebaknya’
Begitu juga bakal calon lainnya yang akan maju, tidak cukup punya reputasi yang baik, kader partai terbaik, dan dikenal masyarakat banyak. Tapi yang penting lai nyambung dengan masyarakat ?
Kalau diperhatikan dan dilihat dengan kasat mata, perjuangan bakal calon itu menuju singgasana sangat berat sekali, akan bersaing ketat. Disinilah perpolitikan bermain untuk menjinakkan pemilih menuju kursi BA 1 A.
Makanya, tim sukses si calon, jangan hanya menyukseskan dirinya sendiri. Tapi sosialisakan dan promosikan ‘Bosnya’ dengan baik kepada warga. Jangan tim sukses ‘cari untung sendiri’ dan kenyang sendiri. Sementara pemilih ndak diperhatikan.
Para calon pimpinan itu tidak hanya sekedar banyak senyum, ramah, penyapa, perhatian, punya program, visi/ misi. Tetapi ada sisi lain yang dilihat oleh pemilih, secara tersirat.
Sebelum melangkah lebih jauh si bakal calon harus mengukur bayang bayangnya, atau dirinya sendiri dulu, patutkah. Kalau istilah Minang, lai patut dan sesuai alur. “
Kalau partai yang diandalkan hanya sekedar kuda pengantar. Yang menentukan tentu ketokohan sang calon. ‘Money’ banyak oke lah, tetapi lai dikenal dikalangan pemilih, dan sepak terjang selama ini lai banyak?
Betapa banyaknya, selama ini tokoh minang yang hebat hebat dari rantau atau Jakarta, berminat jadi kepala daerah dan duitnya oke sekali. Tapi denyut jantungnya ndak nyambung dengan daerah, akhirnya kembali ke rantau lagi.
Begitu juga calon yang di daerah ini, pikir pikir perlu.
Kalkulasikan dulu masa pendukung, catat dulu apa yang telah diperbuat, plus trick record kita.