Debat Capres Terakhir: Pembenahan Pendidikan dan Nasib Guru-Dosen

Spread the love

Oleh : Aulia

Dosen Universitas Andalas

Pada Minggu, 4 Februari 2024, Jakarta Convention Center (JCC) menjadi saksi gelaran Debat Capres terakhir. Dilansir dari situs resmi KPU, tema besar debat tersebut adalah kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi, dengan sub tema yang meliputi beragam aspek penting, mulai dari pendidikan hingga kesehatan dan teknologi informasi.

Salah satu fokus utama yang diperhatikan dalam debat tersebut adalah peran serta nasib para guru dan dosen, yang memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan bangsa melalui pendidikan. Anis Baswedan dan Ganjar Pranowo, sebagai perwakilan calon presiden, menyampaikan visi dan misi mereka untuk meningkatkan kesejahteraan serta kompetensi para tenaga pendidik.

Perlu Penghargaan dan insentif yang memadai

Anis Baswedan, dengan tegas, mengusung visi pemberian penghargaan, insentif, fasilitas, dan pelatihan yang memadai bagi guru dan dosen. Menurutnya, kunci dalam mencerdaskan bangsa adalah dengan memastikan kesejahteraan tenaga pendidik sehingga mereka dapat fokus pada tugas mendidik. Untuk mengatasi permasalahan dalam sektor pendidikan, Anis berencana untuk mempercepat sertifikasi guru dan mengangkat guru honorer. Selain itu, ia akan memberikan beasiswa khusus bagi anak-anak guru dan dosen serta memberikan penghargaan kepada dosen dan peneliti berprestasi.

Perlu Keadilan Sosial bagi Guru dan Dosen

Di sisi lain, Ganjar Pranowo menawarkan visi keadilan sosial bagi guru dan dosen, terutama yang berada di daerah-daerah terpencil. Menariknya, Ganjar menyoroti pentingnya menghentikan liberalisasi pendidikan dan mengangkat pendidikan sebagai investasi, bukan sebagai biaya. Dia menegaskan bahwa negara harus memastikan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat. Ganjar juga mengusulkan konsep kredit mahasiswa sebagai alternatif untuk memastikan biaya pendidikan tidak menjadi hambatan bagi keluarga miskin.

Komentar: Mendukung Visi Penghargaan bagi Guru, Dosen, dan Tenaga Pendidik

Saya tertarik dengan diskusi antara Anis dan Ganjar mengenai pentingnya memberikan penghargaan yang layak bagi guru, dosen, dan tenaga pendidik serta memberikan kelonggaran tambahan bagi anak-anak mereka. Sebagai seorang dosen, saya sepenuhnya setuju dengan pandangan mereka berdua bahwa penghargaan ini perlu diberikan sebagai bentuk pengakuan atas peran penting para pendidik dalam mencerdaskan bangsa. Bahkan, saya mengapresiasi langkah Anis yang memperluas cakupan penghargaan tersebut untuk seluruh tenaga pendidik, termasuk tenaga kependidikan (tendik), yang juga merupakan pendukung utama dalam menjalankan sistem pendidikan.

Kita sering mendengar kisah tragis tentang bagaimana seorang guru atau tenaga pendidik tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka di perguruan tinggi ternama seperti UGM, ITB, UI, atau Unand, meskipun mereka memiliki gaji bulanan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Gaji mereka lebih cenderung diprioritaskan untuk kebutuhan rumah tangga dan kehidupan sehari-hari. Namun, ketika menghadapi situasi darurat seperti anggota keluarga yang sakit atau musibah lainnya, keuangan keluarga dapat menjadi terdesak, memaksa mereka untuk mengalokasikan dana kepada kebutuhan yang mendesak tersebut. Akibatnya, meskipun gaji mereka dianggap “cukup”, kestabilan keuangan keluarga terganggu, bahkan mungkin terancam, dan keluarga terpaksa berhutang.

Ganjar juga menyoroti dampak dari liberalisasi kampus yang menyebabkan biaya pendidikan yang tinggi, terutama di perguruan tinggi negeri favorit. Pandangan ini sangat relevan, karena biaya pendidikan yang tinggi dapat menjadi penghalang bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, serta bagi anak-anak dari keluarga guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya. Saya sepakat bahwa pendidikan seharusnya dilihat sebagai investasi masa depan bangsa, sehingga sebagian besar biayanya seharusnya ditanggung oleh negara. Dengan demikian, anak-anak dari keluarga miskin atau kurang mampu, serta anak-anak dari keluarga pendidik, dapat melanjutkan pendidikan mereka tanpa harus khawatir akan ancaman dari pinjaman online yang banyak ditawarkan oleh perguruan tinggi saat ini.

Pendapat ini menyoroti perlunya reformasi dalam sistem pendidikan dan kebijakan publik untuk memastikan akses pendidikan yang merata dan terjangkau bagi semua warga negara, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka. Dengan demikian, saya berharap bahwa visi ini dapat direalisasikan melalui langkah-langkah konkret yang diambil oleh pemimpin masa depan untuk memperbaiki sistem pendidikan Indonesia.

Penutup

Pendekatan yang berbeda ini mencerminkan kompleksitas tantangan dalam memajukan sistem pendidikan. Diskusi tajam antara kedua calon presiden, termasuk tanya jawab antara Anis Baswedan dan Prabowo, menyoroti perlunya kebijakan yang didasarkan pada data dan melibatkan semua pihak terkait. Hal ini menegaskan bahwa perbaikan pendidikan membutuhkan kolaborasi lintas sektoral dan partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat.
Dengan demikian, debat tersebut tidak hanya menjadi wadah untuk menyampaikan rencana dan visi calon presiden terkait pendidikan, tetapi juga sebagai momentum penting untuk menggerakkan kesadaran akan pentingnya perubahan dalam pendidikan demi mencapai kemajuan yang berkelanjutan bagi Indonesia.

More From Author

Pemko Padang Terbaik 1 Pengelolaan Dana DAK BOK POM RI

Kabupaten Agam Terkenal dengan Wisata Alam, Edi Busti : Tak Singkron dengan Rusaknya Jalan Provinsi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT