
Oleh : Richard Akbar
Di sejumlah belahan dunia mencari pemimpin masa depan memang murah murah sedap.
Kalau di Minangkabau ada istilah, “Dapek Nan Dihati, Tetapi tidak sesuai Kahendak Hati”.
Begitu sebaliknya “Dapek Kehendak Hati, Tetapi Indak Dihati”.
Sepertinya mencari pemimpin yang benar benar cocok dan sesuai “Salero” urang banyak memang susah.
Apalagi kalau pemimpin dicari melalui jalur politik, tentu disesuaikan dengan kepentingan dan selera politik. Dan yang bisa membesarkan Parpolnya.
Meskipun demikian dalam pemilihan kepala daerah misalnya, disamping yang dimunculkan sesuai maunya Parpol, namun tetap mengedapankan
selera rakyat.
Bermacam macampun tiori yang dimunculkan secara ilmiah.
Pilihan rakyat tetap berdasarkan like and dislike (senang atau tidak senang/ suka dan tidak suka).
Setumpuk pun titel/ gelar akademik dan non akademik, tetapi kalau tidak senangi, bisa saja calon pemimpin itu tetap berada diposisi bawah dimata rakyat.
Mencari pemimpin daerah, jelas tidak sama dengan mendudukkan birokrat di suatu departemen, yang lebih mengedepankan maunya pimpinan atas, meskipun mereka berintegritas
Dalam Pilkada, di manapun tempatnya, sudah pasti pemilih akan memberikan suaranya kepada calon yang dihatinya.
Untuk meraih hati rakyat tentu si calon sebelumya, atau jauh jauh hari telah berbuat dan memberikan hal hal terbaik kepada rakyat. Baik dalam bentuk moril maupun infrastruktur di daerahnya.
Kalau kepintaran calon/ Balon KDH, kepala daerah, yang sudah mengapung saat ini tidak perlu diragukan lagi. Mungkin sudah memenuhi persyaratan dari KPU maupun persyaratan skill/, integritas dan kemasyarakatan lainnya.
Pemimpin ke depan pasti dicari pemimpin yang cerdik, bukan “Cadiak Buruak”.
Kalau difinisiksn, cerdik di Minangkabau banyak sekali maknanya, masing masing orang berbeda menterjemahkannya.
Tetapi intinya cerdik itu bisa diartikan pandai dan berpandai pandai, dekat dengan berbagai kalangan, bisa memanfaatkan peluang untuk kemakmuran rakyat. Baik dalam bentuk fisik maupun non fisik.
Rakyat pasti tidak suka dengan pemimpin yang “Cadiak Buruak”,
Yang hanya mementingkan diri sendiri, kelompok dan golongan.
Makanya lahirlah istilah pemimpin yang baik itu, adalah orang orang yang cerdik/ pandai, bukan “Cadiak Buruak”.