
PADANG, INVESTIGASI_Pekerjaan jembatan di Mushalla Singapura, Ketaping, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji dipertanyakan warga. Soalnya, saat dilakukan pengecoran, hujan sedang berlangsung. Genangan airpun bercampur dengan coran yang diturunkan dari mobil molen
Tentu, ini menjadi tanda tanya warga. Sebab, saat dimuat dari Aspal Mixing Plant (AMP), sudah diukur adukan. Baik kadar air, semen maupun pasir dan koral. Tujuannya, untuk mencapai mutu beton sesuai dalam kontrak
Namun, mutu beton yang dibawa dengan mobil molen itu, berubah seiring dengan turunnya hujan saat memaparkan beton itu. Air yang tergenang di kotak coran jembatan itu, bercampur dengan adukan semen yang diturunkan dari mobil molen
Itupun menjadi tanda tanya warga yang menyaksikan pengecoran jembatan Mushalla Singapura, Sabtu (9/9) sore. Dalam suasana hujan yang mulai gerimis, tetap dipaksakan untuk melakukan pengecoran. Padahal, air sudah tergenang di kotak coran.
“Ini tentu, mempengaruhi mutu beton yang sudah ditakar di AMP. Sebab, dengan bertambahnya air, akan mengurangi mutu beton yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja,” kata salah seorang pemuda setempat yang enggan disebutkan namanya, karena merasa tak enak pekerjaan di kampungnya sendiri
Persoalan lain, tokoh masyarakat setempat, sempat bertengkar dan mempertanyakan material besi yang digunakan. Alasannya, besi digunakan diameternya sama. Tapi, ada perbedaan, ada besi KS ada juga besi medan.”Saya sempat ribut dengan pekerja, terkait material besi itu,” kata tokoh masyarakat itu, sembari mengatakan, ia siap mempertanggungjawabkan, jika dibongkar,” katanya.
Sementara, saat dikonfirmasikan kepada Rizki, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Kota Padang, terkesan enggan untuk menjawab. Sebab, saat dikonfirmasikan via HPnya tak ada tanggapan sama sekali. Sampai berita ini diturunkan, tak ada tanggapan dari Riski. Khaef