
Sebagai seorang pengusaha, Epyardi Asda terbilang sukses. Tidak saja ditingkat nasional, bahkan juga tingkat internasional. Bagi pebisnis, Epyardi Asda itu, dikenal dengan King Of Investment. Sukses di dunia usaha dan mendapatkan apa yang diinginkan, Epyardi Asda mulai menapak dunia politik.
Karakter di dunia usaha terbawa dalam dunia politik. Membuktikan kesuksesan dengan karya dan kerja sendiri. Bukan mengclaim pekerjaan orang lain, seakan pekerjaan kita. Makanya, ia dalam dunia usaha dan politik dijuluki King Of Investment, bukan king of claim
Diakui, sosok Epyardi Asda memang keras dan tegas. Dan, itu orang sudah tahu. Tapi, ia tak suka neko neko. Kalau iya, katakan iya. Kalau tidak, katakan tidak. Baginya, jabatan hanya pengabdian, bukan mencari kekayaan.
Karena, jauh sebelum masuk dunia politik, tiga priode di DPR RI dan sekarang menjadi. Bupati Solok, ia seorang pengusaha. Artinya, ia sudah memiliki segalanya. Dan, tak ada keinginan, mendapatkan kekuasaan untuk mencari kekayaan.
Maju menjadi Bupati Solok, Epyardi Asda, tulus mengabdi membangun kampung halaman. Dan, maju sebagai kepala daerah bukan untuk mencari pekerjaan, apalagi mencari makan. Niat mengabdi itu, akan dilanjutkan maju pada Pilgub Sumbar 2024 nanti.
Bagi Epyardi Asda, seorang pengusaha itu, sosok pekerja keras. Meraih kesuksesan, karena usaha dan keringat sendiri. Artinya, hasil yang diterima sesuai dengan usaha. Bukankah, hasil tak mendustai usaha. Dan, ini diterapkan dalam dunia politik
Dalam dunia usaha, tak ada istilah main claim. Apa yang kita dapat dari hasil kerja kita, bukan kerja orang lain. Tabu, rasanya mengclaim karya orang lain menjadi karya kita. Usaha orang lain, seakan usaha kita
Beda dengan politik, main claim itu seperti sudah biasa. Bahkan, claim mengclaim, jadi perdebatan dan perseteruan. Biasanya, orang suka main claim, orang yang miskin kinerja, miskin kreasi, miskin usaha dan miskin ide. Mengclaim kerja orang lain, seakan pekerjaan hanya itu yang bisa dilakukan
Orang yang suka claim ini, gampang putus asa. Saat gagal, ia malah pasrah dan tak mau berjuang lebih keras lagi. Tapi, saat pekerjaan gagal itu, dilanjutkan orang lain dan berhasil. Ia malah bertepuk dada, itu usaha saya. Kurang lebih, bak pahlawan kesiangan
Kalau dalam Film Hindia, ketika seorang bandit kalah dan tak berdaya oleh lakon, polisi baru datang menangkap bandit. Ibarat perang, kalau perang berdiri dibelakang. Setelah menang, berdiri paling depan.
Ya, pecundang yang hanya menjadikan claim sebagai arena pencitraan. Dan, ini pantangan terbesar dalam kehidupan Epyardi Asda. Baik sebagai seorang pengusaha, politikus maupun sebagai kepala daerah. Ya, karena ia tipe pekerja keras, pejuang sejati, pantang main claim claim yang bukan hasil kerjanya.
Padang
Novri Investigasi