Oleh : Novri Investigasi
Pengamat Jasa Konstruksi
Pembangunan jembatan layang (fly over) Sitinjau Lauik terkendala anggaran APBN. Bahkan, berujung dibatalkan mega proyek di Sumbar itu. Desain geometri yang sudah ada, terkesan sia sia seiring pembatalan ular beton yang menghubungkan Kota Padang dan Kabupaten Solok itu. Sempat berembus angin sorga, Fly Over Sitinjau, bakal dikerjakan tahun 2023, namun tiba tiba dibatalkan begitu saja.
Alasannya, besarnya biaya, hingga diganti dengan pelebaran jalan ke arah jurang dengan memasang beton. Apakah, ini akan mampu mengatasi persoalan di Sitinjau Lauik itu. Data didapat tahun 2021 lalu, Panorama 1 Sitinjau Lauik sepanjang 2,60 KM diperkirakan menelan dana Rp1,363. Itu sudah termasuk study kelayakan, detail engenerring desain dan Amdal
Begitu juga panorama 2 fly over sepanjang 3,87 KM menelan anggaran Rp2.051 Triliun. Namun, terkendala izin kawasan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Harapan masyarakat Sumbar dengan adanya fly over itu, tiba tiba sirna. Sebab, dibatalkan pada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Nasional.
Dan, apakah rencana pelebaran dilakukan pada arah jurang dengan pemasangan beton, merupakan jawaban. Sekedar diketahui, Sitinjau Lauik merupakan jalur padat kegiatan logistik lintas tengah Sumatera. Daerah Sitinjau Lauik merupakan daerah rawan kecelakaan. Selama priode 2016 – 2020 sebanyak 50 kecelakaan.
Meninggal 19 orang, luka berat 9 orang, luka ringan 111 orang berdasarkan data Polresta Padang. Kendaraan bermotor yang lepas kendali (out of control), terutama angkutan berat (truk) 15. Hampir setiap hari kendaraan berat terjadi kegagalan mendaki, karena tanjakan terjal dan panjang. Radius tikung terlalu sempit dan tanjakan dan turunan terlalu terjal dan curam.
Apalagi, tanjakan terjal dan panjang. Ditambah radius tikungan sempit dan terjal. Maka Fly Over sangat urgen menjawab persoalan. Pelebaran jalan beton, belum mampu menjawab persoalan. Longsor yang sering terjadi bakal menjadi penghalang. Memang, ada keinginan Pemrov Sumbar untuk melakukan pelebaran, terutama ditingkungan tajam, termasuk tikungan tajam ke atasnya.
Namun, kondisi geografis berbukit mudah longsor dan jurang yang didalam, tentu akan menimbulkan persoalan dan dampak dikemudian hari. Meski, dilakukan pelebaran jalan dengan beton, rawannya longsor dilokasi itu, perlu juga menjadi pertimbangkan. Sebenarnya, ini bisa diperjuangan Pemrov Sumbar dan melobi pusat dengan kondisi jalan di Sitinjau Lauik itu.
Teringat penulis, saat mulai dikerjakannya Kelok 9 tahun 2003 lalu. Sampai tahun 2009, masih terkendala manajemen anggaran. Bahkan, sempat diperiksa desain yang ada dan diuji kembali pasca gempa 2009. Namun, dianggap masih layak dilanjutkan dan berkat lobi yang kuat ke pusat, akhirnya selesai dan diresmikan tahun 2013. Semoga lobi untuk fly over ini, makin kuat untuk diperjuangkan. Dan, fly over yang didambakan bisa terwujud.
stromectol cream – order carbamazepine buy carbamazepine 200mg online cheap
accutane 10mg price – isotretinoin online buy order generic zyvox 600mg
buy amoxicillin without prescription – purchase ipratropium online cheap order combivent sale