
PD. PARIAMAN, INVESTIGASI_Kegagalan konstruksi atau bencana alam. Pertanyaan itu, sering terjadi pada pekerjaan irigasi, bendungan atau pekerjaan yang berhubungan dengan sungai. Soalnya, hujan, air besar atau banjir menjadi alasan pekerjaan rusak dan jebol.
Apalagi, pekerjaan masih hitungan bulan dan belum begitu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ya, bencana alam kadang dijadikan alasan, penyebab jebolnya bendungan irigasi, untuk menutupi kegagalan konstruksi yang terjadi
Kusut masai jebol bendungan itu, juga diprediksi terjadi pada proyek milik Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (SDABK) Sumbar. Terutama kegiatan pengelolaan sistim irigasi primer dan skunder pada daerah irigasi lainnya 1000 Ha – 3000 Ha dan daerah irigasi lintas kabupate/kota, pekerjaan rehabilitasi bendung DI Ladang Laweh, berlokasi di Kabupaten Pasaman.
Dilihat dari jebolnya proyek bernomor kontrak 04.11/PJPA – SDA. BK/APBD/IV-2022 itu, senilai Rp3.704.943.000, masa pelaksanaan 180 hari kerja, kontraktor pelaksana CV. Azzazolva Karya, konsultan pengawas PT. Konsulindo Citra Erlana, disamping bencana alam, indikasi kurangnya mutu dan kualitas pekerjaan. Sehingga mengakibatkan kegagalan konstruksi
Sebab, dikatakan kegagalan konstruksi, apabila pekerjaan konstruksi dan keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan, sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi, baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Dan, penyebabnya, termasuk metode pelaksanaan yang salah. Kualitas bahan baku yang digunakan tak sesuai kontrak dan dibawah standar. Termasuk, tenaga kerja yang kurang berpengalaman, tidak bisa dipercaya dan penggunaan peralatan yang tidak efektif.
Ada beberapa catatan yang diprediksi, saat dilihat dari jebolnya bendungan itu. Dari bongkahan pasangan batu bendungan yang patah dan roboh itu, kurangnya daya perekat. Sebab, batu berbalut beton mudah lepas. Ada indikasi kurangnya adukan semen pada pekerjaan. Pekerja juga kurang profesional, kalau dilihat dari cara pasangan batu.
Persoalan lain, material untuk pekerjaan bendungan itu, disebut sebut diambil dilokasi pekerjaan. Tentu timbul pertanyaan, terkait penggunaan batu itu. Padahal, dalam RAB ada juga pembelian material, termasuk material batu. Dan, ini terkesan ads kejangggalan, jika diambil dilokasi setempat.
Enggan Menanggapi
Menariknya, mereka yang terlibat dalam pekerjaan proyek ini, terkesan enggan menanggapi. Lima hari menunggu tanggapan, tak ada kabar berita. Saat dikonfirmasikan, Jumat (22/12), kepada Kabid Refrizal malah menyerahkan ke pada PPK, Bustanul. Begitu juga Bustanul, mengaku sedang rapat. “Nanti malam kita bertemu,” jawabnya
Tak ada kabar berita, Sabtu (23/12), Bustanul malah, menyerahkan ke Kabid Refrizal.” Langsung saja ke Pak Re,” katanya. Lagi, Re tak bisa dihubungi sampai hari ini. Namun, Re pernah menyampaikan, itu bencana alam dan tahun 2024 ada anggaran untuk memperbaiki.
Penulis
Novri Investigasi