Jika Ingin Damai, Bersiapah Untuk Perang : Dibalik Peperangan Pasti Berakhir di Meja Perundingan

Spread the love

Entah, kenapa tiba tiba penulis ingin mengupas kalimat ini. Meski, bukan kalimat asli yang dituturkan oleh penulis militer Romawi Kuno, Publius Flavius Vegetius Renatus. Sebab, ada tambahan kalimat dari penulis. Aslinya, kalimat yang menghebohkan dunia dan dijadikan motto berbagai organisasi di seantero bumi ini ‘Si vis Pacem Parabellium”

Kalau Ingin Mendambakan Perdamaian, Bersiaplah Menghadap Perang. Sedangkan, kalimat tambahan penulis. Sebab, dibalik peperangan akan berakhir di meja perundingan. Ini bukan masalah perang militer, tapi perang opini yang sering terjadi. Ujung ujungnya, berakhir di meja perundingan

Pribahasa Si Vis Pacem Parabellum  ini, ditulis  oleh penulis militer romawi kuno itu, dalam bukunya berjudul ‘De Re Militari”  sekitar Abad ke 15 Masehi. Tidak saja, menghebohkan dunia. Juga menghilhami layar lebar yang mengundang jutaan penonton. Film berjudul Jhon Wick 3, Parabellum dibintangi Keanu Reaver itu, menjadi film hits yang ditonton jutaan orang.

Untuk tulisan ini, penulis tidak bercerita tentang peperangan. Bagaimanapun juga, peperangan tak ada manfaatnya, bahkan memakan korban jutaan   jiwa. Anak kecil, wanita dan warga sipil yang  merasakan penderitaan akibat perang itu. Tapi, penulis lebih fokus membahas perang opini di dunia politik, termasuk perang kata kata di media yang terjadi selama ini.

Tak terbantahkan, ributnya sesama parpol sering terjadi. Berbagai persoalan mencuat opini. Perang kata kata dan opini menghiasi medsos dan media. Bahkan, ada juga berujung melapor ke aparat penegak hukum, berdalih pencemaran nama baik. Namun, semuanya itu, berujung di meja perundingan menyelesaikan persoalan. Sembari mengopi mencari solusi.

Begitu juga, saat terjadi perseteruan anggota dewan dengan kepala daerah. Ribut sampai menghancam kepala  akan menggunakan hak  interplasi, hak angket dan hak lainnya. Namun, apa yang terjadi, perseteruan itupun berakhir di meja perundingan. Berbagai hak itu, hilang entah kemana. Begitu juga dengan media, perseteruan nara sumber dan wartawan.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Pariaman. Saat wartawan mengkonfirmasikan adanya sebuah isu tak sedap, seorang kepala dinas, bukan menjawab, malah keluar kata kata tak beretika. Heboh menghiasi media, ribut menguncang dunia maya. Tapi, tak berlangsung lama, sebab berakhir di meja perundingan. Sembari minta maaf atas kesalahan.

Kepala Dinas yang teledor, lantaran emosi, akhirnya bertemu dengan beberapa wartawan. Sikap jantan, menyadari kesalahan dan tak pantas mengucapkan kata kata tak sopan disertai permintaan maaf, mengakhiri permasalahan. Semoga ini, bisa menjadi pelajaran. Tak semua perseteruan wartawan dan nara sumber berakhir di kepolisian, tapi bisa melalui meja perundingan. 

Penulis

Novri Investigasi

More From Author

Lanjutan Turnamen Fokan Cup III, Fauzitama Bungkam Kabupaten Kabupaten Solok

Fokan Cup III Ditabuh, Verry Mulyadi Beri Apresiasi dan Dukung Agenda Tahunan Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT