KEBENCANAAN DI SUMATERA BARAT EVALUASI KEMITIGASIAAN

Spread the love

Oleh
Musfeptial
Peneliti Ahli Madya

Kelompok Riset Ekologi dan Mitigasi Bencana, MLTL

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Pengantar
Indonesia merupakan sebuah negara gugusan kepulauan. Setidaknya, Indonesia memiliki 17.499 pulau besar dan kecil.

Luas wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta meter persegi, yang terdiri atas 3,25 juta km2 wilayah lautan, 2,55 juta km2 adalah zona ekonomi ekslusif, dan daratan seluas 2,01 km2 (http://www.kelas pintar.id).

Sebagai negara kepulauan, laut Indonesia membentang dari Pulau Sabang di pantai barat sampai ke Merauke di wilayah Timur Indonesia.

Selain itu, Indonesia daerah yang secara geogafis rawan bencana ( Lauder, 2022, makalah seminar), yang dapat sebagai berikut.

Posisi Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan juga diapit oleh tiga lempeng utama yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.

Pertemuan garis lempengan inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki jalur patahan atau sesar sehingga sangat rentan berpotensi bencana alam.

Indonesia juga memiliki untaian gunung api yang aktif sehingga disebut sebagai negara Ring of Fire atau cincin api

Selain itu, secara geografis Indonesia juga terletak berada di antara Benua Australia dan Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Sementara itu, kalau secara astronomis, Indonesia terletak di 6o LU (Lintang Utara) – 11o LS (Lintang Selatan) dan 95o BT (Bujur Timur) – 141o BT (Bujur Timur).

Dampak garis lintang Indonesia menyebabkan Indonesia berada di wilayah beriklim tropis, karena wilayah yang masuk ke dalam iklim tropis akan memiliki garis lintang antara 0 – 23,5o LU dan 0 – 23,5o LS (http.kemenlu.id).

Karena, berada di daerah tropis maka Indonesia merupakan negara yang cukup strategis dengan ciri sebagai berikut,
curah hujan tinggi
terdapat hutan hujan tropis yang luas
sinar matahari sepanjang tahun
kelembaban udara yang tinggi.

Selain itu, karena Indonesia berada di daerah lempeng dan antara samudera, maka potensi bencana juga mengintai wilayah Indonesia.

Untuk itu, pembelajaran dan pengetahuan akan bencana menjadi hal penting bagi masyarakat Indonesia.

Bencana di Sumatera Barat 2024

Tahun 2024 banyak bencana terjadi di Sumatera Barat. Setidaknya, BPBD Sumatera Barat mencatat bahwa bencana alam yang dialami oleh Provinsi Sumatera Barat yang diawali dengan terjadinya erupsi Gunung Marapi bulan Desember 2023 yang lalu, yang disusul dengan terjadinya banjir longsor pada tanggal 7 dan 8 Maret 2024.

Kemudian bencana banjir dan longsor yang lebih parah terjadi lagi pada tanggal 11 dan 12 Mei 2024.

Lebih lanjut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat menjelaskan bahwa hampir 6.000 Ha lahan sawah yang rusak akibat bencana banjir di Kabupaten Pesisir Selatan bulan Maret yang lalu.

Kemudian disusul ribuan Ha pula lahan pertanian rusak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar akibat bencana banjir dan longsor bulan Mei yang lalu.

Masih ditambah lagi terjadi erupsi disekitar Gunung Marapi ( BPBD Sumbar).

Semua bencana tersebut tentu membawa petaka bagi masyarakat Sumatera Barat. Setidaknya, mengganggu roda perekonomian Sumatera Barat.

Ingatan kolektif Masyarakat Tentang Bencana

Masyarakat Sumatera Barat yang biasa dengan tradisi lisan telah menyimpan ingatan kolektif tersebut dalam tuturan lisannya, seperti

Tirih nan datang dari lantai/
Galodo nan dating dari ilie/
Sakali aie gadang sakali tapian baralih/
Dari Pitalah ka palupuh,
Hari gampo di Padang Panjang/

Kemudian dalam tambo Minang juga dijelaskan bahwa daerah pusat Minangkabau di ceritakan juga di tempat turun nenek moyang orang Minang dari tempat yang tinggi juga, seperti kutipan berikut.

Dari mano titiak palito, dibaliak telong nan batali, dari mano turun niniak moyang kito, dari lereng gunuang marapi bukik seguntang-guntang” di sinan sirangkak nan badangkang, buayo putih daguk, sinan lagundi nan baselo, lurah sabunta banang.

Artinya, daerah yang tinggi tentunya ada mitigasi bencana di sana. Keamanan tentu menjadi perhatian bagi nenek moyang orang Minangkabau.

Selain itu, Masyarakat Minang juga mengingat bencana dengan penamaan tempat.

Nama daerah seperti, Padang Laweh, Timbo Abu, Bungo Pasang, Tarandam, Tanah Itam, Tanah Gantiang dan lain-lain merupakan bentukan ingatan kolektif akan mitigasi bencana yang mesti menjadi perhatian kita bersama untuk mengurangi resiko bencana.

More From Author

Terkam Kuranji FC, Atlantic Gaung Juara Divisi 2 Askot PSSI Kota Padang, Mastilizal Aye : Kompetisi Ini Akan Bergulir Setiap Tahun

Budaya Kerja ASN BerAKHLAK di Padang Cukup Signifikan, Tahun 2025 Harus Lebih Baik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT