Oleh: Richard Akbar
Usia 355 tahun pasti tidak muda lagi. Kalau manusia diusia senja saja (79 tahun sama dengan usia RI), pasti, kepalanya sudah memutih, gigi/ garaman sudah banyak yang tangga /rontok, kulit alah bakaruik/ keriput, berjalan sudah tertatih tatih, penglihatan mulai kabur, selera sudah mulai Ndak enak.
Begitulah kalau sudah memasuki Manula, manusia lanjut usia.
Tetapi tidak begitu halnya dengan dengan Kota Padang, seperti tua tua keladi. Makin tua makin menjadi jadi, makin berminyak dan bersolek.
“Ibarat anak gadih nan jolong gadang”, setiap hari selalu “babadak” dan mempercantik dirinya dengan bersolek.
Padang Kota Tercinta tidak dapat dipungkiri di usia yang sudah mencapai 355 tahun bukan makin loyo, tetapi selalu bersemangat, berbenah dan berbenah, membangun berbagai infrastruktur kota yang hancur pasca gempa 2009 lalu.
Misalnya sekolah/ sarana pendidikan, gedung/ perkantoran pemerintah, , sarana jalan, jembatan, irigasi.
Juga pembagunan sektor pendidikan, perekonomian, perikanan, perkoperasian, UMKM, pertanian, perdagangan, kesehatan, wisata, transportasi, pasar, sarana ibadah, K3, sosial budaya, kerukunan umat beragama dan yang lainnya.
Meskipun tidak dipaparkan disini keberhasilan dilihat dari angka angka statistik. Pasti masyarakat melihat dan merasakan sendiri berbagai keberhasilan tersebut, terutama pembenahan kota yang hancur sejak/ pasca gempa besar 2009 silam.
Plus minus tentu ada, yang pasti Warga Padang tetap bersemangat membangun kotanya kearah yang lebih baik dan maju.
Walaupun PAD berkisar Rp 700 M, atau Rp800 M setahun dan APBD/ kebutuhan pembangunan mencapai triliunan juga, Padang tetap berbenah diri dengan memanfaatkan DAU/ DAK, dan investasi dari pihak ketiga/ investor diberbagai sektor.
Di Padang suasana cukup nyaman dan terkendali, nyaman untuk berinvestasi dan selalu diberikan kemudahan dan insentif.
Dirgahayu Kota Padang 355 tahun, tetap membangun dan berbenah diri bersama partispasi warganya dibawah pimpinan PJ Walikota Andree Algamar.