Banyak pernyataan kepala daerah yang dilempar ke publik, tak sesuai kenyataan dilapangan. Ini disebabkan, hanya sekedar menerima laporan dari bawahan atau orang lain, tanpa melihat langsung yang terjadi. Ya, laporan Asal Bapak Senang (ABS) diterima mentah. Bahkan, berita ABS itu, langsung dikonsumsi publik
‘Bai wen bu ru yi jian’ Pribahasa Tiongkok ini, memiliki arti, mendengar 100 kali tidak sebanding dengan melihat satu kali. Maknanya, jangan mudah percaya dengan apa yang dikatakan bawahan. Lebih banyak melihat dengan mata kepala sendiri daripada hanya mendengarkan
Intinya, pemahaman akan mudah diperoleh dengan mantap dan terbukti, jika kita merasakan langsung. Baik yang kita lihat, kita dengar ataupun kita rasakan. Kesimpulan dapat kita ambil, jika setelah melihat ke lokasi pada sumber yang menjadi permasalahan.
Lebih baik, melihat dengan mata kepala satu kali, daripada mendengar cerita orang atau bawahan 1000 kali. Kadang ini, terlupakan oleh pimpinan, kepala daerah ataupun kepala dinas dalam menerima laporan. Duduk dibelakang meja, menerima laporan dan menelan mentah mentah, tanpa tahu apa sebenarnya yang terjadi.
Jalan mulus dan sudah banyak yang diperbaiki. Transportasi lancar, ekonomi menggeliat, kadang ini sering menjadi bahasa, memanjakan warga. Lalu, diambil lokasi poto jalan yang ‘rancak’ beraspal hitam dan bergaris putih, terlihat indah dipandang mata.
Padahal, itu hanya beberapa kilo, sementara puluhan kilo lain, berlubang ‘bak kubangan kerbau’ tertutupi oleh rekayasa laporan itu. Akhirnya, terkuak juga oleh poto dan viral oleh netizen, terkait kondisi dilapangan sebenarnya dan kenyataan yang terjadi. Laporan ABS itu, berujung dirujak netizen ramai ramai
Mencuat lagi, misalnya. Ratusan miliyar, akan mengalir deras untuk pembangunan infrastruktur jalan di daerah ini. Berita itu pun digadang gadangkan, seakan ini sebuah perjuangan. Padahal, yang dilaporkan baru sebatas usulan. Dan, tanpa melakukan cek and ricek, apakah anggaran sudah ada atau belum
Begitu juga, berita selesainya suatu mega proyek. Beredar berita, mega proyek itu, akan selesai tiga bulan kedepan. Laporan itu, memang benar sesuai kontrak yang ditanda tangani dan waktu pelaksanaan yang telah disepakati. Tapi, apakah progres dilapangan sudah sesuai dengan laporan tersebut.
Dan, dalam suatu pekerjaan proyek, banyak menjadi penyebab keterlambatan atau molornya pekerjaan. Seperti, cuaca yang menjadi kendala dan pembebasan lahan yang menjadi penghambat. Tanpa melihat progres dan kendala dilapangan, laporan diterima mentah. Berita wah, mencuat kepermukaan, walau tak sesuai kenyataan.
Ini hanya, sebagian dari contoh, jika hanya menerima laporan dibelakang meja. Tanpa melihat kenyataan yang terjadi. Asal Bapak Senang ini, menjadi jurus untuk mengelabui dan menyembunyikan kondisi dilapangan yang sebenarnya. Laporan ABS pun, menjadi konsumsi publik
Semestinya, seseorang pimpinan, kepala daerah, kepala dinas, sebelum mengambil kesimpulan, perlu ada ‘penglihatan’ yang sempurna terhadap sesuatu yang hendak kita sampaikan ke publik. Agar tidak terjadi bias dan salah dalam menyampaikan. Lebih baik melihat dengan mata kepala satu kali, daripada mendengar cerita orang 1000 kali. Demi, mendapatkan informasi yang pasti.
Penulis
Novri Investigasi