Pekerjaan proyek sudah dipenghujung tahun. Beberapa pekerjaan sudah dilakukan Provisional Hand Oever (PHO), serah terima sementara dari kontraktor kepada pemilik proyek. Serah terima akhir, setelah semua pekerjaan, termasuk perbaikan pada masa pemeliharaan baru dilakukan Final Hand Over (FHO)
Persoalan berawal dari sini. Saat dilakukan PHO ada rekayasa dan main mata. Modusnya, pekerjaan yang belum selesai 100 % atau masuk finishing, tetap dibuat laporan 100 %, demi mencairkan anggaran. Dan, menghindari tambahan waktu berujung denda permil. Begitu juga pekerjaan yang rusak, tak dilakukan perbaikan dan tetap PHO. Sementara, pekerjaan rusak itu dikerjakan pada masa pemeliharaan.
Semestinya, pekerjaan rusak itu diperbaiki sebelum PHO. Sementara, pemeliharaan setelah pekerjaan selesai.100 %. Sebelum FHO terjadi kerusakan, itu yang harus diperbaiki. Banyak lagi modus dimainkan, demi cairnya dana pekerjaan diakhir tahun. Penting laporan keatas aman. urusan dilapangan bisa direkayasa. Anehnya, atasan hanya menerima laporan, tak perduli permainan dilapangan
Ini sering terjadi. Mencuat kepermukaan dan dikonfirmasikan wartawan, jawabanpun berdasarkan laporan. Sudah sesuai kontrak, selesai tepat waktu dan mutu. Tapi, tak tahu apa yang terjadi sebenarnya dilapangan. Setelah dilihatkan poto pekerjaan, baru ‘kalimpasiangan’
Pada akhirnya, banyak pernyataan pemilik dan penanggungjawab pekerjaan, dilempar ke publik, tak sesuai kenyataan dilapangan. Ini disebabkan, hanya sekedar menerima laporan dari bawahan, tanpa melihat langsung yang terjadi. Ya, laporan Asal Bapak Senang (ABS) diterima mentah. Bahkan, berita ABS itu, langsung dikonsumsi publik
Berpijak pada pribahasa Tiongkok,
‘Bai wen bu ru yi jian’ Pribahasa ini, memiliki arti, mendengar 1000 kali tidak sebanding dengan melihat satu kali. Maknanya, jangan mudah percaya dengan apa yang dikatakan bawahan. Lebih banyak melihat dengan mata kepala sendiri daripada hanya mendengarkan
Intinya, laporan dan informasi pekerjaan proyek, lebih baik dilakukan cek and ricek kelapangan.
Sebab, jika kita melihat langsung, kita dapat mengambil kesimpulan. Apakah, pekerjaan sesuai spesifikasi, material digunakan, tepat waktu dan tepat mutu. Ya, lebih baik, melihat dengan mata kepala satu kali, daripada mendengar cerita orang atau bawahan 1000 kali.
Ini hanya, sebagian dari contoh, jika hanya menerima laporan dibelakang meja. Tanpa melihat kenyataan yang terjadi. Asal Bapak Senang ini, menjadi jurus untuk mengelabui dan menyembunyikan kondisi dilapangan yang sebenarnya. Laporan ABS pun, menjadi konsumsi publik
Semestinya, seseorang pemilik dan penanggungjawab pekerjaan, baik Kadis, Kabid, Kepala, PPK, PPTK, sebelum mengambil kesimpulan, perlu ada ‘penglihatan’ yang sempurna sebelum menerima laporan. Sehingga, apa tang kita sampaikan ke publik, sesuai kenyataan. Dan, tidak terjadi bias dan salah dalam menyampaikan.
Penulis
Novri Investigasi