Oleh: Doni Mahendra, Mahasiswa Universitas Andalas

Bencana longsor yang kembali terjadi di jalur Sitinjau Lauik, merupakan sebuah rute penting yang menghubungkan kota Padang dengan Kabupaten Solok.

Longsor yang terjadi pada bulan Mei 2024 menutup akses sebagian besar jalan, sehingga menyebabkan kemacetan panjang dan menghambat arus lalu lintas.

Longsor yang diakibatkan tingginya intensitas hujan yang disertai angin kencang pada minggu (12/5/2024), mengakibatkan macet serta menimbun dua kendaraan roda empat.

Menurut informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, longsor tersebut dipicu oleh hujan lebat yang mengguyur kawasan tersebut sejak malam sebelumnya.

Material longsor berupa tanah, batu, dan pepohonan menutup jalan sepanjang sekitar 50 meter. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat setempat segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan pembersihan jalan.

“Saat ini kami masih berupaya membuka akses jalan yang tertutup material longsor. Kami mengimbau kepada masyarakat untuk sementara waktu menghindari jalur ini dan mencari alternatif lain,” ujar Kepala BPBD Sumatera Barat, Erman Rahman.

Hal ini menurut ahli geofisika Universitas Andalas Prof Badrul Mustafa mengungkapkan bahwa penyebab bencana longsor yang terjadi di Sitinjau Lauik karena disebabkan karena kondisi lahan terbuka, lahan itu menyerap air salah satu penyebab indikasi longsor.

Selain itu, volume kendaraan dari tahun ke tahun bertambah, baik kendaraan roda dua, roda empat maupun truk pengangkut muatan berat yang melewati jalan penghubung Padang-Solok.
Masyarakat dan pengguna jalan diimbau untuk selalu waspada dan mematuhi rambu-rambu peringatan saat melintasi Jalur Sitinjau Laut, terutama pada musim hujan.

Penggunaan teknologi seperti aplikasi pemantau cuaca dan informasi dari BMKG dapat membantu dalam merencanakan perjalanan yang lebih aman.