
2015 lalu, Pemrov Sumbar, menindaklanjuti program pemerintah pusat untuk mengembangkan jalur kereta api di Pulau Sumatera (Trans Sumantera). 2023, tak terlihat hasil pekerjaan, terutama jalur Kereta Api Muara Kalaban – Tanjuang Ampalu. Mega proyek bernilai miliyaran yang mangkrak itu, hilang tak berkesan. Nasib ‘Mak Hitam’ semakin kelam. Siapa yang salah?
Saat itu, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno dalam rapat di ruang gubernur, tepatnya 30 Januari 2014, dihadiri beberapa OPD, Wakil Walikota Sawahlunto dan pimpinan PT. Kereta Api Cabang Sumatera Barat, mengatakan, khusus koridor 6 dan 8 yang menghubungkan Dumai – Pekanbaru – Sijunjung – Sawahlunto. Dan, Padang – Padang Panjang – Solok – Sawahlunto – Muaro.
Persoalan yang cukup besar untuk dibahas dan diperhatikan mengenai jalur di lokasi Kabupaten Sijunjung. Sementara, Sawahlunto dalam kondisi siap dalam pengembangan tersebut. Juga disebutkan, tahun 2015, Pemrov Sumbar fokus pada koridor 6. Memaksimalkan penuntasan sesuai tugas kewenangan provinsi, Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto.
Entah apa yang terjadi, itupun kurang terealisasi. Bahkan, menjadi persoalan yang sekarang tak pernah mencuat lagi. Padahal, sudah disosialisasikan, Trans Sumatera Barat, panjang koridor 6 sekitar 254,09 Km dan koridor 8, sekitar 251.01. Namun, 2015 hanya fokus pada koridor 6, karena Pemkab Sijunjung dan Pemko Sawahlunto, telah menyatakan siap mensosialisasikan program tersebut.
Namun, mega proyek dimulai 2015 dan mangkrak 2016, sampai 2023 ini tak ada kabar berita lagi. Padahal, mega proyek miliyaran itu, menindaklanjuti program pusat untuk mengembangkan jalur kereta api di Pulau Sumatera. Banyak rumah warga yang digusur, lahan dibebaskan. Entah mengapa, pekerjaan berhenti begitu saja. Sekarang tanpa kabar berita, hilang tak berbekas.
Padahal, jalur yang menghubungkan antara stasiun Muaro Kalaban (Sawahlunto) dengan stasiun Tanjung Pati (Sijunjung) itu, sudah lama mati suri. Jalur ini bercabang dua. Ke kiri menuju stasiun Sawahlunto Kota melalui terowongan Lubang Kalam. Ke kanam menuju stasiun Padang Sibusuk melalui terowongan Kupitan menuju stasiun Padang Sibusuk.
Selanjutnya, ke stasion Tanjung Ampalu, berakhir di stasion Logas. Jalur Death Raiflaways bermula dari stasion Logas. Untuk di stasion Tanjung Ampalu, ada dua jalur. Dan, salah satu rumah permanen telah dirobohkan, karena memakai areal milik PT. KAI. Begitu juga dilokasi stasion Padang Sibusuk terdapat juga dua jalur kereta api, itupun sudah dilakukan pembersihan. Itupun ditandai dengan mulainya pekerjaan mega proyek itu.
Sudah lama terbengkalai. Mangkrak dan ditinggalkan begitu. Bahkan, sudah tersebar di medsos keterbengkalaian pekerjaan. Netizen pun bersuara lantang, mempertanyakan penyebab dari semua itu. Disebut sebut, persoalan ini, sudah masuk ke ranah hukum. Namun, sekarang entah apa sebabnya hilang begitu saja. Padahal, sudah delapan tahun berlalu, sejak 2016 lalu.
Penulis
Novri Investigasi