
Beli kain di Pasar Atas
Kain dibungkus pakai kertas
Pemimpin yang cerdas
Dipilih pemilih yang cerdas
Beli kain di Pasar Toboh
Kain dipajang di atas meja
Pemimpin yang bodoh
Pemilihnya bodoh juga
Ramai pasar di Dharmasraya
Sibuk pedagang beraktifitas
Sekarang tergantung kita semua
Pilih pemimpin bodoh atau cerdas
Dalam memilih pemimpin tentu banyak kriteria yang harus dilalui. Ini dilakukan, jangan sampai kita salah memilih pemimpin. Disini, butuh kehati hatian dalam memilih. Sebab, nasib pemilih juga tergantung dengan pemimpin terpilih.
Sebuah kata bijak, pemimpin bodoh, dipilih pemilih bodoh. Pemimpin cerdas, dipilih pemimpin cerdas. Pemimpin bijak dipilih pemimpin bijak. Pemimpin ragu lahir dari pemilih yang tidak tegas.
Jenderal besar Soedirman juga mengatakan, pemimpin yang bodoh lahir dari pemilih yang bodoh. Para pemimpin ulama Salaf, sering mengulang ulang.”Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari pemimpin ke kanak kanakan dan dari pemimpin bodoh.”
Dalam memilih pemimpin, tentu kita punya kriteria tersendiri. Menjadi orang bodoh atau orang cerdas. Langkah awal yang kita lakukan, menyadari, bahwa kita bodoh. Dengan awal kesadaran ini, kita punya kekuatan untuk menghapus satu orang bodoh dari diri sendiri. Dan, kita punya kekuatan untuk menghapus satu orang bodoh dari diri sendiri
Orang yang sadar akan kebodohannya akan mencari pengetahuan untuk memintarkan diri sendiri. Sehingga bisa berpikir cerdas dalam memilih pemimpin. Sehingga, pilihan kita diberikan kepada orang yang tepat.
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya (bidangnya), maka tunggulah datangnya hari kiamat.” (HR. Bukhari). Imam an Nawawi, menjelaskan dalam Syariah-nya. Diantara tanda tanda hari kiamat, adalah orang orang bodoh menjadi pemimpin Umat Islam, baik dalam salat maupun kehidupan sehari hari.
Kalau di Ranah Minang yang berfilsofiskan, “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”, pemimpin itu punya sarat yang harus dipenuhi. Dan, banyak pepatah yang menggambarkan sosok pemimpin ideal. Pemimpin itu harus memaham norma adat istiadat yang berlaku ditengah masyarakat.
Harus paham dengan apa makna dan aplikasi kato malereang, kato manurun, kato mandaki, kato mandata. Mandi dibaruah baruah, bakato dibawah bawah, paliharo badan agar orang lain tak binaso. Intinya, calon pemimpin, mencerminkan dekat dengan masyarakat dan bijaksana, seperti dicontohkan pemimpin sebelumnya, Buya Hamka, Muhammad Nasir dan Bung Hatta
Pemimpin itu, ibarat kayu gadang ditangah koto, ureknyo tampek baselo, dahannyo tampek bagantuang, daunnyo tampek balinduang kapanehan, bataduah kahujanan, batangnyo tampek basanda, ka pai tampek batanyo, kapulang tampek babarito, pusek jalo pumpunan ikan, hukum adil bakato bana.
Pemimpin di Ranah Minang itu, juga digambarkan, badado lapang, ba alam leba atau balawik lapeh, ba padang lapang. Bijak mengambil keputusan, berjiwa besar dan berpandangan luas. Jadi dalam memilih pemimpin itu, bukan sekedar memilih. Karena, salah memilih, beresiko besar. Jangan ibarat membeli kuciang dalam karung.
Penulis
Novri Investigasi
PMID 35571370 Free PMC article does augmentin treat strep throat