Mencari Kesalahan Orang Lain, Demi Menutup Kesalahan Sendiri

Spread the love

Pacu kudo di Bukik tinggi
Kudo bapacu di galanggang
Yo santiang urang kini
Pandai mancari salah urang

Tatutuik kabuik Gunuang Singgalang
Tampak nan dari Danau Singkarak
Untuk manutuik salah surang
Salah urang nan dibukak

Raminyo pasa Banda Buek
Rami dek anak Lubuk Ipuah
Lah jaleh inyo nan babuek
Urang lain nan dituduah

Pulau banamo Angso Duo
Balaia urang badayuang sampan
Co itu syahwat ingin bakuaso
Babagai caro nan dilakukan

Politik itu kejam. Tak ada sahabat sejati. Hanya ada kepentingan abadi. Apapun dilakukan untuk mendapatkan keinginan. Berbagai cara dilakukan meraih kekuasaan. Tak perduli orang sengsara, terpenting hati bahagia. Mencari kesalahan orang terlalu mudah dilakukan, kesalahan sendiri ditutupi demi sebuah pembenaran.

Jarang orang bisa jujur untuk mengakui kesalahan, tetapi lebih cendrung menyalahkan orang lain. Dalam dunia politik itu biasa, karena yang ada dipikiran bagaimana bisa berkuasa. Paling mudah mencari kesalahan orang lain, bila ia sedang ada masalah. Padahal, masalah sebenarnya adalah ia terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain, demi menutupi kesalahan sendiri.

Menariknya, meski sudah tahu ia bersalah dan apa yang dilakukan itu salah, pembelanya tetap menganggap benar. Bahkan, basikareh arang, membela kesalahan junjungan menjadi sebuah kebenaran. Walau apa yang dilakukan, tak sesuai hati nurani, tapi tetap menjadi benar demi sebuah ambisi. Karena merasa ada dukungan dan belaan dari orang lain, berbagai kesalahan dilakukan menjadi sebuah kebiasaan

Orang seperti ini, biasanya dianggap terlalu toxic dengan ciri ciri yang terlihat pada dirinya. Diantaranya, menghindari tanggungjawab. Jika ia berbuat salah, dalam pikiran bagaimana mencari alasan atau mencari cari siapa yang disalahkan. Mencari kambing hitam untuk menutupi masalah yang terjadi.

Ia akan mencari seseorang yang bisa dijadikan sasaran untuk menutupi kesalahan yang dilakukan. Selalu bersuara lantang dan emosional. Suka membentak bentak orang lain. Merasa paling benar dan orang selalu salah dimatanya. Kurang empati terhadap orang lain, menjadi karakternya. Ia lebih fokus pada diri sendiri dan cendrung tidak memikirkan orang lain. Kurang peduli perasaan dan kepentingan orang lain.

Parahnya, sering merasa marah dan frustasi. Dalam dirinya, selalu ada pikiran salah atau tidak adil. Bahkan, mengaku korban situasi. Sehingga orang seperti ini, sulit membangun hubungan yang sehat. Kecendrungan menyalahkan orang lain, membuatnya sulit untuk berintekrasi dengan orang lain. Tak dipungkiri, ini terlihat dalam prilaku sehari hari, termasuk dalam kehidupan berpolitik

Sekedar mengingatkan, jangan sibuk mencari kesalahan orang lain. Jangan pernah korbankan orang, demi menutupi kesalahan dilakukan. Jangan pernah menilai, kita hebat dan orang lain, hanya sasaran menutupi kesalahan. Terkadang menilai lebih menyenangkan daripada dinilai. Begitu melihat kesalahan orang, merasa diri paling suci. Ingat, bijak dalam bersikap dan santun dalam berucap cerminan akhlak mulia

Penulis
Novri Investigasi

More From Author

Persaingan tak Sehat, Baliho Dirusak, Ismail Novendra Caleg PKB : Bakal Ambil Langkah Hukum

Aprigiri Marwanto Dnobatkan Sebagai Pelatih Terbaik Liga 3 Asprov PSSI Sumbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT