Mengenang Gempa Besar 15 Tahun Lalu, Panik, Dipenuhi Jeritan Suara Manusia

Spread the love

Oleh: Richard Akbar

Tidak terasa, begitu cepat rasanya waktu berlalu.
Kini 30 September 2024 datang lagi, berarti sudah 15 tahun gempa besar berkekuatan 7,9 SR berlalu di Kota Padang.

Yang telah meluluhlantakkan ribuan bangunan dan ratusan korban jiwa manusia meninggal dan seribuan korban lainnya.

Saat itu terlihat masyarakat panik luar biasa , suasana dipenuhi dengan jeritan suara manusia, dan tetesan air mata

Bangunan yang runtuh dan hancur tidak hanya tempat kediaman, tetapi juga sarana pendidikan, rumah ibadah, perkantoran, perhotelan, rumah sakit, tempat usaha, bahkan juga infrastruktur lainnya, seperti jalan , jembatan, sarana irigasi dan yang lainnya.

15 tahun lalu rasa duka yang sangat mendalam dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan.

Suasananya sangat mencekam waktu itu., penuh tetesan air mata.
Tidak hanya dirasakan di Kota Padang, tapi juga di berbagai wilayah di Sumatera Barat.
Jaringan seluler / Hp/ alat komunikasi tidak berfungsi dan menyulitkan menelpon/ mencari keluarga untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan keluarga mereka. Listrik pudur , hujan turun pula.

Korban jiwa waktu itu sangat beragam, Ada yang tertimbun reruntuhan bangunan, terjepit, tertimbun longsor, ditimpa pohon/ kelapa. Bahkan ada yang meninggal karena jantungan dan lainnya.

Saat itu untung tidak terjadi tsunami/ air laut naik ke darat.
Kalau terjadi tentu setidaknya, sepertiga atau separoh dari penduduk Padang akan “disapu” tsunami, terutama yang berada di kawasan sekitar/ radius pantai yang terkena tsunami.

Untuk melakukan pemulihan memerlukan waktu sangat lama. Baik pemulihan masyarakat dari trauma, maupun pembenahan berbagai infrastruktur atau bangunan yang runtuh. Seperti tempat kediaman, rumah ibadah, rumah sakit, sarana pendidikan, tempat usaha dan yang lainnya.

Tanggal 30 September 2009, sekitar pukul 17.15 WIB sampai malam terjadi kepanikan luar biasa dikalangan masyarakat. Semua pada berlarian menyelamatkan diri ke wilayah yang lebih tinggi. Seperti arah perbukitan, kawasan Indarung, jalan By Pass dan lainnya.

Sementara semua kendaraan yang ada di jalan raya sudah tidak terarah lagi, kacau balau.

Akhirnya semua menyelamatkan diri dengan berlari ke kawasan yang tinggi . Bahkan ada yang lari tidak tentu arah, Pokonya lari, entah kemana, karena panik. Pelatihan evakuasi yang sudah diberikan saat itu sepertinya sudah lupa, panik dan panik sekali.

Begitulah sekelumit suasana gempa 30 September 2009 itu. Masyarakat lesu dan tak bergairah, lebih banyak merenung, karena ditinggal keluarga dan bangunan miliknya hancur.

Walikota Padang Fauzi Bahar bersama pimpinan daerah lainnya tidak tinggal diam, saat itu selalu memperhatikan/ memotovasi warganya bangkit,
Bahkan dia, sampai ke pemerintah pusat, ke kedutaan besar negara negara asing minta bala bantuan untuk pemulihan pasca gempa. Baik moril maupun material.
Termasuk pembenahan bangunan yang runtuh.

Untuk mengenang gempa itu Walikota Padang Fauzi Bahar bersama pihak ketiga membangun monumen gempa di kawasan Taman Melati Padang.. Disana disamping ada prasasti juga tercantum semua nama nama korban gempa 2009.

Maka jadilah setiap tahun disitu dilakukan kegiatan doa/ zikir dan kegiatan lainnya untuk mengenang dahsyatnya gempa saat itu.

Sampai sekarang terus mengingatkan masyarakat selalu waspada dengan gempa, dan Pemko memberikan berbagai pelatihan/ pengetahuan evakuasi mandiri bila terjadi gempa

Warga harus cerdas dan tanggap menyelamatkan diri.
Kini masyarakat selalu diberikan edukasi evakuasi mandiri.

Kita berharap/ berdoa kepada Allah SWT, jangan ada lagi gempa gempa besar berikutnya, cukuplah itu saja.
Meskipun saat ini masih ada isu Megatrust / gempa besar, masyarakat tetap waspada dan berdoa agar daerah ini terhindar dari isu isu/ ramalan tersebut .

Selain itu, pasca gempa, atau saat ini bila warga ingin membangun rumah/ gedung, buatlah bangunan yang kokoh yang sesuai standar. Jangan asal jadi, sesuaikan dengan konstruksi yang baku.

Karena Sumbar, termasuk daerah rawan gempa yang kapan saja bisa ” digoyang” gempa dahsyat.

Pemerintah pusat sampai daerah selalu memberikan perhatian serius terhadap masyarakat, agar terbebas dari korban gempa atau tsunami. Semoga Sumbar/ Padang terbebas dari isu meghatrus.

More From Author

DPRD Setujui APBD Perubahan Kota Padang 2024 ,Rp2,58 Triliun

Peduli Warga, Hendri Septa Perkuat Mitigasi Kebencanaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT