PADANG–INVESTIGASI, Penjabat (Pj) Wali Kota Padang Andree Alagamar menerima Penghargaan Produktivitas “Siddhakarya” tingkat Provinsi Sumatera Barat untuk lima perusahaan kategori unggul dan berkembang.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Plt. Gubernur Sumbar Audy Joinaldy melalui penyematan Pin Siddhakarya pada Rabu malam.
Lima perusahaan penerima penghargaan, yakni PT Statika Mitra Sarana, UMKM Tenggang Raso, dan RSIA Meditama untuk kategori unggul serta PT Andalan Mitra Prestasi dan Perumda Padang Sejahtera Mandiri untuk kategori berkembang.
Pj Wali Kota Padang Andree Alagamar menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada pimpinan perusahaan atas capaian ini.
“Padang menjadi daerah terbanyak yang menerima Penghargaan Produktivitas Siddhakarya 2024. Lima dari sepuluh penerima adalah perusahaan dari Padang,” ujarnya.
Total untuk Sumbar, ada enam perusahaan dengan kualifikasi unggul dan empat perusahaan dengan kualifikasi berkembang sebagai penerima penghargaan.
Pj Wali Kota mengatakan, capaian ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Padang selalu berusahaa taat pada aturan dan berprestasi.
“Saya apresiasi Disnakerin Padang beserta jajaran atas pembinaannya. Kita akan kirim tiga sebagai nominasi nasional. Mohon doanya. Setidaknya satu bisa menang,” tandas dia.
Plt Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menyampaikan apresiasi kepada para bupati dan wali kota di Sumatera Barat yang turut berperan sebagai pembina Siddhakarya di daerah masing-masing.
Secara khusus, ia menyampaikan pandangannya mengenai tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Kota Padang, terutama terkait tingginya angka pengangguran.
“Kota Padang punya universitas terbanyak kedua setelah Medan di Sumatera. Setiap tahun, ada banyak wisuda dan menghasilkan pengangguran baru,” ujarnya.
Sebagian besar lulusan tersebut, kata dia, bukanlah warga asli Padang, tetapi berasal dari berbagai daerah, termasuk di luar provinsi.
“Setengahnya bukan KTP Padang, ada yang dari provinsi lain,” jelasnya.
Gubernur juga menyoroti kendala dalam membuka lapangan kerja padat karya di Sumatera Barat, terutama di sektor industri.
“Investasi industri sulit masuk ke sini. Industri biasanya masuk ke daerah yang memiliki penduduk banyak,” tuturnya.
Sebagai solusi, ia mengusulkan agar lulusan baru dan angkatan kerja diberdayakan dengan keterampilan yang mendukung mereka bekerja di luar negeri, seperti pelatihan bahasa asing.
“Beri pelatihan agar mereka bisa bekerja ke negara lain, seperti Korea, Jepang, atau Timur Tengah. Ini sejalan dengan karakter masyarakat Minang yang memiliki etos merantau daripada bekerja di kampung,” ungkap Audy.
Menurut Audy, para tenga kerja di luar negeri secara tak langsung akan berkontribusi pada perekonomian daerah sebab mereka biasanya mengirim sebagian pendapatan untuk keluarga di kampung halaman.
Untuk itu, pihaknya mendorong pemerintah daerah meningkatkan kolaborasi dengan lembaga yang kredibel dalam menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri. –RChrd