Pesta Demokrasi Itu Sekali Lima Tahun, Nikmati Saja. Toh, Setelah Terpilih Mereka Menjadi Orang Terhormat, Kita Tetap Jadi Rakyat

Spread the love

Lubuk Paraku jalan manurun
Sitinjau lauik jalan mandaki
Pamilu nan sakali lima tahun
Tasabuik juo pesta demokrasi

Lubuk Buayo jalan mandata
Taruih jalan ka Bukittingi
Namonyo urang sadang bapesta
Tantu ado kue nan dibagi

Pulau banamo angso duo
Rami dek anak mudo mudo
Kalau diagiah tarimo saja
Nan ka dipilih tantu rahasio

Alahan Panjang batanam tomat
Bakuliliang lobak sarato lado
Kok tapilih jadi urang terhormat
Nan awak tatap rakyaik biaso

Sebelum saya menulis lebih jauh, sejauh mata memandang, sejauh hati ini merasa sanang. Tak ada maksud menyinggung orang, hanya pengalaman yang dibentang. Bukan rahasia lagi, tapi sudah diketahui banyak orang. Ceritanya, sudah diketahui orang se gelanggang. Malah menjadi cerita usang yang berulang.

Kita mulai bercerita membahas pesta lima tahunan, pesta demokrasi, pesta rakyat ini. Ada anekdot yang mengiringi, Kalau banyak politikus bagi bagi sembako, itu tandanya sudah masuk musim Pemilu. Kenapa? Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun harus mengeluarkan uang.

Artinya, pesta demokrasi itu, peredaran uang banyak, baik melalui sembako maupun cara lain, seperti money politik. Ada yang dibagi bagi untuk rakyat yang menikmati pesta ini. Bagi yang punya pesta, tentu sudah menyiapkan segalanya. Itupun belum menjamin, pesta yang diadakan dan dinikmati rakyat itu, berbuah manis.

Malah sebaliknya, bikin hati teriris, merintih sedih, menahan duka hati yang luka. Menyedihkan, sampai harus menginap di rumah sakit jiwa. Beda dengan yang merasakan nikmatnya pesta diadakan, derajat terangkat, modal kembali berlipat lipat dan disandang gelar dewan terhormat. Bahagia karena mendapat suara rakyat, pada pesta yang dilalui sangat berat.

Bagi mereka yang ikut pesta demokrasi dan mengambil suara rakyat untuk mendapatkan kursi, ibarat “Rakyat adalah mulut yang menjadi bisu karena diambil suaranya waktu Pemilu.” Selanjutnya, setelah menjadi dewan terhormat. Rakyat terpinggirkan dalam pikiran.

Bak kata bijak,” Orang yang kau pilih waktu Pemililu adalah dia yang dengan sirine polisi akan menyuruhmu minggir di jalan raya.” Begitu terhormat, sampai jalan pun dikasih lewat.” Janji diberikan selama ini, hanya pemanis bibir, menjelang suara didapat. Mereka berjanji untuk membangun jembatan, meski itu tak ada sungai.

Terpenting janji dulu, masalah ditepati atau direalisasikan urusan belakangan. Bukankah ada perumpamaan, menjadi seorang politikus itu, harus bisa mengobral janji dan membangun pencitraan. Itu yang terjadi pada pesta demokrasi, pesta rakyat, demi mendapatkan simpati rakyat. Pantas saja, rakyat berpikir lain. Ambil saja sekarang pemberian, toh setelah ini lima tahun mereka menghilang. Bersambung

Penulis
Novri Investigasi

More From Author

Lanjutan 8 Besar Liga 3 Asprov Sumbar, Mampukah Klub Debutan Jose FC Bungkam PSPP Padang Panjang

Lanjutan 8 Besar Liga 3 Asprov PSSI Sumbar. Partai Balas Dendam PSP Padang VS PSKB Bukittinggi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT