Superiority Complex dalam Berpolitik

Spread the love

Dindiang tirih batutuik jo triplek
Dek labek turunnyo hujan
Bahaso inggirihnyo superoty complex
Bahaso awak picayo diri bakalabihan

Gubuak talatak ateh tabiang
Duduak bamanuang anak ruso
Bantuak inyo sajo nan santiang
Urang dianggap Atuik sajo

Dalam samak basarang ula
Di ateh rantiang ula malilik
Indak elok co itu bana
Ateh langik ado juo langik

Hujan labek di hari sanjo
Malam hari batarang bulan purnama
Ingek juo kato urang tuo
Roda hiduik taruih baputa

Tahun politik, tahun yang menggilitik. Tahun bertaburan gaya dan intrik. Melakukan berbagai cara untuk menarik simpatik. Kadang mengobral janji agar orang tertarik. Walau arus jungkir balik, demi mendapatkan suara saat pencoblosan dalam bilik. Itu lah yang terjadi pada tahun politik. Kadang melihatnya, sampai saya tertawa terkikik kikik

Sudahlah, terlalu banyak tik tik. Kita masuk ke pokok pembahasan Superiority Complex. Apa sih, istilah asing yang kurang akrab ditelinga itu. Kalau didefenisikan, berarti, suatu sikap dimana seseorang merasa lebih unggul dari orang lain. Maraso paliang santiang, kato rang awak nyo. Biasanya, orang yang mempunyai sifat ini, merasa superior dan tak segan merendahkan orang orang disekitarnya.

Apakah dalam dunia politik, ini juga terjadi. Ya, sangat banyak terjadi. Seorang politikus, merasa paling hebat, paling berbuat dan yang lain lewat. Membuat rasa percaya diri yang berlebihan (overconfidence). Bahkan, terkesan tak menghargai orang lain yang juga berbuat. Sehingga, komentar yang paling hebat itu, sering menciptakan konflik dan menciptakan situasi politik yang tidak nyaman.

Biasanya, politikus seperti ini, merasa paling benar dan tidak suka jika dikritik. Parahnya, karena memiliki rasa percaya diri berlebihan, membuatnya menghiraukan fakta yang ada. Mengaburkan keberhasilan orang lain. Semua karena dia, berhasil karena usaha. Meski ada peranan orang lain dalam keberhasilan itu. Claim dan pencitraan kadang bagian dari sifatnya.

Ada beberapa tanda yang menyertai seseorang memiliki superiority complek, diantaranya, melebih lebihkan kemampuannya. Merasa paling unggul dari orang lain. Enggan menerima pendapat orang lain dan menganggap pendapat orang lain salah. Mengabaikan orang yang memiliki kemampuan lebih baik dan merendahkan orang lain. Dan, paling mudah melihat orang bersikap seperti ini, dalam dunia politik

Seiring makin dekatnya Pileg dan Pilpres, watak seperti ini sudah terlihat. Terutama bagi mereka yang sudah merasakan kursi empuk menjadi anggota dewan dan menjadi orang terhormat. Saat kelapangan dan menarik simpatik warga untuk bisa duduk lagi, kesombongan menemani diri. Proyek itu, karena aku, infrastruktur itu dibangun, aku yang memperjuangkan. Yang lain, berbuat apa. Apa yang diperbuat.

Sifat seperti ini, akan merugikan diri sendiri. Sebab, bisa membuat orang lain tak simpatik. Apalagi, orang sudah tahu, siapa yang berbuat dan apa yang diperbuat. Kepercayaan diri berlebihan itu, juga bakal jadi bumerang bagi diri sendiri. Bukankah, diatas langit ada langit. Bukankah, orang tua pernah berkata. Jangan sombong dengan keberhasilan. Karena, keberhasilan itu, kadang tak abadi. Roda hidup terus berputar. Kadang diatas, kadang dibawah.

Penulis
Novri Investigasi

More From Author

Apresiasi kepada penulis Berprestasi, Mahyeldi : Buat Juga Lomba Meringkas Buku Pejuang

Radio Padang FM, 25 Tahun Konsisten dalam Dakwah dan Berita, Hendri Septa : Kedepan OPD Menyampaikan Program dan Pencapaian di Padang FM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT