Oleh : Novri Investigasi
Wartawan Utama
Banjir lagi, banjir lagi. Lagi, lagi banjir. Dan, itu sudah bagian dari kehidupan warga Kota Padang. Hujan beberapa jam, mereka akan menikmati duka banjir. Banjir derita pun menghampiri, tak bisa menjalankan aktifitas, termasuk kebutuhan makanan. Jangankan, apa yang akan dimakan, peralatan dapur pun jadi korban hujan. Duh, derita banjir yang menemani kehidupan mereka.
Perhatian pemerintah daerah dan anggota dewan, hanya sekedar mendatangkan makanan, memberikan bantuan. Kadang, ada juga memanfaatkan untuk pencitraan. Meski, ada juga yang tulus memberikan bantuan. Pertanyaan, apakah memberikan bantuan, membawa makanan, solusi untuk mengurangi penderitaan. Namun, kecemasan masih menghantui saat datang hujan.
Penanganan banjir, saatnya untuk dilakukan, setidaknya mengurangi beban penderitaan. Sehingga, warga tak lagi berharap datangnya bantuan walau hanya sekedar makanan. Debit hujan yang tinggi dan cuaca ekstrem, bukan menjadi alasan. Turunnya hujan tak didukung saluran primer untuk menuju saluran skunder. Kurangnya, saluran primer itu, mengakibatkan hujan menumpuk dan mengenangi lingkungan. Makanya, terjadi banjir
Di Kota Padang, saluran primer sangat kecil, bahkan teramat kecil. Itupun tertutup oleh trotoar yang lebar. Sehingga, saluran primer, drainase dan gorong gorong itu, tak mampu menyalurkan debit air yang tinggi itu. Siapa yang salah? Entahlah, sepertinya, pembangunan berbasis estetika (keindahan), lebih mendominasi daripada pembangunan berbasis etika (kepatutan). Sehingga. tata ruang terabaikan.
Deretan bangunan yang megah sepanjang jalan, menutupi drainase. Toko, perkantoran dan supermarket berdiri kokoh, mengabaikan saluran. Trotoar lebar nan indah, tak dibarengi lebar drainase. Lalu, kemana air akan disalurkan, saat hujan. Kalau ditanya, pada rumput yang bergoyang, rumput untuk resapan air di Jalan Khatib Sulaiman sudah berganti trotoar. Tentu, tak akan dijawab, karena rumput disingkirkan.
Mungkin, saatnya kita menata tata ruang dan mencari solusi. Sebab, kalau ini tak dilakukan, banjir akan selalu menghantam Kota Padang. Jangankan hujan berhari hari, berjam jam saja, air sudah pesta pora memenuhi kota. Perlebar saluran primer, perbaiki saluran skunder. Sumur resapan, bisa jadi solusi, ditengah padatnya bangunan dan tak bisa memperlebar drainase. Mungkin, banyak ahli yang akan mencari solusi. Dan, saya bukan ahli, hanya bisa mengkritisi.