Kasus yang menerpa beberapa pekerjaan proyek di Pantai Air Manis, sudah diprediksi dari awal. Termasuk beberapa proyek lain di Dinas Perkim, Dinas PUPR maupun dinas lainnya. Modusnya sama dan hampir 60 %, pekerjaan proyek bermasalah di Kota Padang. Rata rata pekerjaan terlambat dari jadwal dan dikenakan denda perpanjangan waktu. Bahkan, ada juga yang putus kontrak.
Dari investigasi dilakukan terhadap pekerjaan proyek di Pemko Padang. Penyebab buruknya mutu dan kualitas pekerjaan, bahkan berujung mangkrak maupun putus kontrak, ada tiga faktor. Yakni, penawaran terendah/terjun payung, tak bermodal berharap uang muka dan nafsu kuat tenaga kurang. Dan, ini dilakukan pemain baru bermodal nekat, asal dapat pekerjaan.
Penyebab kegagalan pekerjaan proyek yang pertama, disebabkan penawar terendah, itu rata rata terjadi pada proyek di Pemko Padang. Gilanya, sampai terjun 25-30 persen. Bayangkan saja, sudah berapa terpangkas dari perencanaan awal. Belum bayar PPN, PPH dan uang misteri 10 %
Sebab, semuanya bersandar pada uang muka. Baik untuk belanja sehari hari, pekerjaan proyek. Bahkan, sampai nekat menggunakan uang proyek untuk biaya kenakalan. Alhasil, pekerjaan terbengkalai, termyn tak tercapai, pencairan tahap dua ‘kalibuik’ cari pinjaman dan hutang material di toko bangunan. Inipun terjadi sampai akhir pekerjaan, sehingga berujung pekerjaan terbengkalai, mangkrak
Penyebab kedua, rekanan yang nekat dengan penawar terendah itu, tak bermodal hanya berharap uang muka. Semestinya, rekanan profesional, harus punya dana segar 30 persen dari nilai proyek yang dikerjakan. Sehingga, saat uang muka habis untuk mengejar termyn pertama, bisa ditalangi dengan dana segar yang tersedia. Progres tercapai, termyn dikejar, sehingga pekerjaan selesai tepat waktu.
Kontraktor kere, berharap dari uang muka dan nekat menawar terendah ini, penyebab rusaknya pekerjaan proyek di Pemko Padang. Apalagi, rata rata mereka pemain baru. Disaat rekanan senior gamang menawar terendah, mereka malah berpacu untuk sekedar mendapatkan pekerjaan. Ini berujung mangkrak dan bermasalahnya pekerjaan proyek.
Penyebab ketiga, nafsu kuat tenaga kurang. Pasalnya, demi mendapatkan pekerjaan, setiap lelang diikuti selalu terjun payung. Baik menggunakan perusahaan sendiri maupun memakai perusahaan orang. Alhasil, bermodal penawaran terendah, sukses mendapatkan beberapa paket di Pemko Padang. Persoalanpun muncul, saat proyek dikerjakan dengan nafsu tinggi tenaga kurang, hampir semua paket yang didapat bermasalah.
Banyaknya paket yang didapat, tak diiringi modal, tenaga kerja (SDM) dan peralatan. Akhirnya, kalimpasingan mengerjakan proyek. Semua paket didapat tak bisa mengejar termyn untuk pencairan tahap kedua. Bahkan, sampai akhir tahun anggaran tak juga kunjung selesai. Mesku, sudah ada tambahan waktu 50 hari berdasarkan Perpres dan tambahan 40 hari kerja berdasarkan Kemenke dengan kompensasi denda permil
Alhasil, ada pekerjaan putus kontrak dan terbengkalai. Yang rugi masyarakat, sebab tak bisa menikmati proyek yang didanai dari pajak mereka. Hebatnya lagi, tahun 2022, penawar terendah kembali mendominasi. Akankah kasus 2021 lalu, kembali terjadi.pada pekerjaan proyek tahun 2022 ini. Kita tunggu saja. Bersambung.
awesome