
PASBAR, INVESTIGASI_Sedih, perih, pilu bercampur aduk di hati warga Kabupaten Pasaman Barat, tepatnya warga bantaran sungai Batang Pasaman, Jorong Pasia Bintungan. Sepertinya, pemerintah tidak serius melindungi warganya dari bencana
Padahal, bencana abrasi Sungai Batang Pasaman Nagari Aia Gadang, sudah puluhan tahun mengintai. Bahkan, mengancam keselamatan, harta dan nyawa warga setempat. Namun, tak kunjung ada penanganan serius dari pemerintah
“Sudah hampir setahun lebih bencana abrasi parah ini, mengancam nyawa harta benda warga Bantaran Sungai Batang Pasaman tepatnya Jorong Pasia Bintungan. Namun, sampai sekarang tak ada solusi, apalagi memperbaiki” ujar Anggota Bamus Nagari Aia Gadang Barat Imam Ijas Rajo Mangkuto.
Dari pengamatan dilokasi bencana, sudah terdapat enam unit rumah warga terjun bebas diantam abrasi Sungai Batang Pasaman. Puluhan hektar areal perkebunan warga setempat, Bahkan saat ini makin mengancam pondasi ABT Jembatan Air Gadang.
Pedihnya, saat ini kondisi abrasi mengancam areal permukiman warga. Setidak nya terdapat sebanyak delapan unit rumah sudah dekat dengan bibir sungai. Menghindari
terjangan arus sungai Batang Pasaman, dua buah makam perkuburan warga pun ikut dipindahkan ketempat yang aman.
Segala upaya telah dilakukan, namun tak ada jawaban. Mulai dari melaporkan kepada pemerintah Kabupaten Pasaman Barat hingga, Provinsi Sumbar dan Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta. Sampai sekarang, belum ada yang serius melindungi segenap warga negaranya yang mengalami ancaman bencana.
Sementara, lokasi bencana sudah sering, bahkan acap dikunjungi oleh para pejabat. Mulai dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi Sumbar. Namun, hanya sebagai ajang berfoto selfi saja, tanpa ada penanganan serius
Pernah ada penanganan pengamanan tiang pancang di tahun 2023 dengan alokasi anggaran lebih kurang Rp.700 Juta lebih sebanyak 36 tiang. Namun saat ini hanya tinggal tiang, tidak ada azas manfaatnya. Dikarenakan, kurang maksimalnya perencanaan.” Sekarang tiang di hantam Arus Sungai Batang Pasaman dan saat ini hanya monumen ditengah aliran Sungai,” tutup Imam Ijas yang juga salah seorang tokoh masyarakat Aia Gadang Barat. BY/NV