Oleh : Herman Jetar
Media Offciar
Pra PON Sumbar

Terseok dan sarat permasalahan mengawali terbentuknya tim sepakbola Pra PON. Trauma dua kali gagal berpartisipasi dalam ajang olahraga empat tahunan itu, masih terasa. Apalagi, belum ditemukan sosok manager yang akan membenahi tim sepakbola Pra PON. Meski, sudah dua kali ganti manager, persiapan tim sepakbola Pra PON Sumbar tak tentu arah
Kabut menyelimuti persiapan tim sepakbola Pra PON, perlahan mulai hilang. Bahkan, sudah terlihat terang, saat ditunjuknya Era Sukma Munaf, menjadi manager sepakbola Pra PON. Ambisi pemain, pelatih mulai muncul, seiring dipercayanya Era Sukma menakhodai tim sepakbola itu.
Kepercayaan dan amanah yang diberikan kepada Kepala Dinas Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Sumbar itu, mampu menjawab kepercayaan Federasi
Sukses yang diraih tim sepakbola Pra PON Sumbar itu, tak terbayangkan sebelumnya. Berbagai kesulitan tak ada yang tahu. Dan, bagaimana jatuh bangunnya mengelola sepakbola yang diharapkan merebut tiket PON itu dan membawa pulang medali emas yang sudan 20 tahun tak pernah singgah di Ranah Minang.
Sakit senang, suka duka, perjalanan tim sepakbola Sumbar, menghadapi Porwil Sumatera XI, hanya cerita terpendam diketahui segelintir orang. Ibarat kata pepatah, berakit rakit kehulu, berenang renang ke tepian. Bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Hasil tak mendustai usaha. Kerja keras, akan berbuah bahagia.
Era Sukma Munaf, memang berjodoh dengan tim sepakbola Pra PON Sumbar. Buktinya, ia mampu memutus mata rantai kegagalan selama 20 tahun, puasa medali emas. Namun, banyak kisah menarik dari perjalanan tim Pra PON Sumatera Barat untuk ditelusuri. Mulai persiapan yang minim, kekurangan finansial sampai harus terjadi pergantian manager ditengah jalan.
Diakui, untuk membentuk tim yang solid, tentu diawali dengan manajemen yang solid. Tanpa itu, jangan harap akan melahirkan prestasi. Dan, itu hanya menjadi sebuah mimpi yang tak bertepi. Mungkin, itu kalimat yang pas untuk menggambarkan, jika managemen tak kuat dalam menghadap permasalahan. Memang, finansial bukan segala galanya, tapi apa yang bisa diperbuat tanpa finansial.
Ini yang dihadapi, DR. Era Sukma Munaf ST MT. Apalagi, ia bukanlah manager baru di dunia sepakbola. Dan, ia bukan orang pertama ditunjuk oleh Asprov PSSI Sumatera Barat, untuk memimpin jajaran official dan skuad tim Pra PON Sumatera Barat. Ia orang ketiga dipercaya untuk menjadi manager, setelah dua manager sebelumnya tak jelas arah.
Dibalik beragam persoalan itu, DR Era Sukma Munaf, ST, MM, awalnya berpikir keras untuk menerima tawaran menjadi manager tim sepakbola Bola Pra PON Sumbar. Sebab, menduduki posisi manager, tentu akan menjadi sasaran tembak jika gagal membawa tim Pra PON Sumbar merebut tiket PON
Ia sadar, posisi diemban ini rentan dengan gesekan, baik internal maupun eksternal. Apalagi dengan dua kali berturut turut gagal ikut PON. Diakuinya, ini beban berat yang harus dipikul
Setelah menerima mandat dari Ketua Asprov PSSI Sumatera Barat, Indra Datuk Rajo Lelo, menakhodai tim sepakbola Pra PON, ia secepat kilat merapatkan barisan. Dikumpulkan orang orang kepercayaannya, membantu mengemban tugas berat ini.
Awalnya, tentu
ia harus beradaptasi dan menjalin komunikasi dengan pelatih, pemain yang sudah terbentuk. Ia panggil seluruh staf pelatih. Bicara dari hati kehati dengan pemain. Dan, menampung keluhan mereka,
apa yang menjadi masalah selama ini. Jurus diterapkan Era Sukma Munaf, sangat mumpuni, sebab mampu menyuntik semangat pemain.
Era Sukma Munaf, sosok yang sangat dekat dengan pemain dan senang dengan keterbukaan, sehingga tahu permasalahan tim. Mendengar keluhan itu, Era Sukma, mulai memikirkan kebutuhan pelatih dan pemain. Ini yang tak dirasakan pemain, pelatih dengan manager sebelumnya.
Apa yang dilakukannya, merupakan rasa tanggungjawab untuk seluruh komponen tim. Baik pelatih maupun pemain. Dengan, masuknya Era Sukma Munaf, didampingi Agung Putra dan Yufrizal, memberikan suplemen dan energi positif kepada tim sepakbola Pra PON Sumatera Barat.
Setelah masuknya ke tiga orang tersebut, kondisi tim pun mulai stabil. Masalah finansial yang selama menjadi persoalan berat, teratasi. Pemain, pelatih mulai enjoy dan mengusung tekat merebut tiket PON. Bahkan, kepalang basah, harus rebut emas Porwil Sumatera XI. Akhirnya, semua terwujud setelah 20 tahun tertidur dari prestasi
Sebenarnya, banyak kisah menarik dan heroik yang tak diketahui publik, dibalik sukses ini.
Baik, manager tak sanggup duduk di bench bangku cadangan. Terutama. disaat laga hidup mati disemi final. Ketegangan terlihat pada wajah seluru komponen tim. Ini, terlihat dari exspresi wajah mereka. Mulai dari pluit mulai pertandingan, sampai pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan
Singkat cerita, jalan terjal yang dirasakan waktu persiapan, berujung berbuah manis. Dan, ini menjadi pelajaran buat kita semua. Untuk membetuk tim sepakbola yang solid harus disertai manajemen yang matang dan dikelola orang orang profesional.
Tanpa itu, mungkin hanya cerita pepesan kosong. Toong kosong nyaring bunyinya. Itulah perumpamaanya.
.