Fenomena Caleg, Mulai Gadaikan Harta dan Jual Ginjal, Sampai RSJ Sediakan Tempat Bagi yang Gagal

Spread the love

Batanyo juo ka bakeh diri
Antah apo nan tajadi
Jadi Caleg barami rami
Apo bana nan dicari

Taraso sanang jadi dewan
Anak jo bini di bao juo
Jadi urang tahormat diharok an
Bagalimang fasilitas jo harato

Nan padiah kini dicaliak
Caleg manjua ginjal jo apo nan ado
Kok tapilih modal lai babaliak
Nan indak tantu cando urang gilo

Pitih habih rumah tagadai
Lah hilang tampek bagantuang
Anak bini tabao marasai
Di RSJ badan takuruang

Mungkin tergayut juga dipikiran dan menjadi tanda tanya banyak kalangan, kenapa banyak yang berminat jadi Calon Legislatif (Caleg). Padahal, untuk menjadi Caleg itu, butuh modal besar. Mulai saat pendaftaran dengan berbagai persyaratan, buat Alat Peraga Kampanye (APK), sosialisasi ditengah masyarakat. Bahkan, butuh dana segar untuk serangan pajar, sampai biaya untuk saksi.

Tak bisa dipungkiri, dalam pikiran Caleg, jika sukses, akan membawa perubahan pada dirinya. Jadi orang terhormat, status sosial yang tinggi, ditambah kehormatan dan fasilitas yang mumpuni. Keperluan hidup dicukupi, kehidupan benar benar dilayani negara. Siapa yang tak terobsesi dan tergiur dengan semua itu

Dengan status yang disandang, ditambah penghasilan tinggi, wajar saja segala upaya dilakukan. Mulai dari upaya cara rasional dan tak rasional ditempuh demi mewujudkan impian. Dan, setelah duduk, cara tak rasional juga dilakukan. Mulai berhitung dari pengeluaran saat jadi Caleg dan menghitung hasil yang diperoleh saat jadi dewan.

Gaji yang tinggi, fasilitas didapat, tunjangan, dana reses dan pemasukan lainnya, termasuk bermain kongkaliingkong dalam mendapatkan proyek. Menjadi pundi pundi yang diharapkan. Memang tak semuanya seperti itu. Masih ada segelintir orang menjadi anggota dewan tulus dalam pengabdian dan berjuang untuk kepentingan rakyat.

Menariknya, bagi orang yang sudah merasakan nikmatnya menjadi anggota dewan, ada juga tak merasa puas. Buktinya, ia pun ingin anak dan istrinya, bisa juga hidup dibiayai negara dan berlomba lomba untuk menjadi Caleg. Alasan, berbuat untuk rakyat, menjadi simbol melebarkan ambisi kepada keluarga. Agar langkahnya mulus, nama suami dijual, nama orang tua dimanfaatkan dibaliho atau APK lainnya.

Jual Ginjal dan RSJ Bagi yang Gagal

Dengan kondisi itu, berlomba lomba untuk menjadi Caleg. Bagi yang bermodal, tentu bisa memuluskan langkah untuk meraih gelar terhormat dan terpandang itu. Tapi, bagaimana dengan modal nekat dan terobsesi menjadi orang terhormat. Tak jarang demi ambisi itu, sampai jual barang. Bagi mereka tak ada modal, sampai nekat jual ginjal.

Seperti yang terjadi di Bondowoso, Jawa Timur, seorang Caleg rela jual ginjal untuk memenuhi biaya kampanye. Alasannya, warga hanya akan memilih Caleg yang akan memberikan uang. Bahkan, ada juga menggadaikan dan menjual rumah untuk biaya Caleg yang besar itu. Lalu, apa yang terjadi, jika mereka gagal, sementara semuanya habis dijual dan digadaikan?

Salah satu faktor. penyebab Caleg gagal terpukul dan stres, uang dan material yang sudah banyak dikeluarkan, namun tak membuah hasil yang diinginkan. Demi ekspektasinya yang tinggi, gadai rumah, namun gagal meraih impian. Dan, banyak lagi, termasuk masalah lingkungan, seperti keluarga terus menyalahkan kegagalannya.

Dan, permasalahan Caleg stres, sudah mewarnai dinamika perpolitikan Indonesa, pasca pemilu. Tak salah rasanya, beberapa Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menyediakan tempat bagi Caleg yang gagal. Seperti, RSJ Menur di Surabaya. Terlepas dengan persoalan itu, semoga kerisauan itu tak terjadi. Dan, Caleg gagal legowo menerima kekalahan

Penulis
Novri Investigasi

More From Author

Audiensi dan Temu Ramah Bupati Solok bersama Pendidik dan Tenaga Kependidikan P2, P3 dan Honorer

Irawati Meuraksa SP, Caleg DPRD Kota Padang, Partai PAN Nomor Urut 2 Dapil 5, ‘Malanjuik an Nan Tatingga’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT