
PADANG, INVESTIGASI_Merayakan sambil merawat warisan budaya yang ada di setiap komunitas masyarakat, merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan kita yang “bhinika tunggal ika”.
Ini merupakan hak warga negara untuk mengekpresikan nilai-nilai budayanya ke tengah keberagaman masyarakat kita. Kota Padang, yang merupakan wilayah di pantai Barat Pulau Sumatera, adalah sebuah kota dengan keberagaman budaya.
Pada awalnya, Padang hanyalah sebuah perkampungan nelayan yang terletak di Muara Sungai Batang Harau.
Namun sejak abad keenam belas, mulai didatangi berbagai suku bangsa di dunia, termasuk perantau Minangkabau dari dataran tinggi Sumatera Barat. Akhirnya Padang berkembang menjadi sebuah bandar perniagaan yang terpenting di Pantai Barat Sumatera.
Latar belakang sejarah budaya seperti inilah, konsep kuratorial Pembukaan Galanggang Arang 2024 dipersiapkan, yang terhubung dengan perkembangan industri tambang batubara yang dibangun kolonial Belanda sejak akhir abad ke-19.
Dibukanya tambang batubara di Sawahlunto, berdampak luas terhadap perkembangan Sumatera Barat.
Dari Sawahlunto dibangun jalur kereta api yang menembus pedalaman Sumatera Barat sampai ke pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) di Padang. Di Teluk Bayur dibangun pula tempat penampungan batubara, yang disebut Silo Gunung. Dua infrastuktur transportasi ini merupakan dua tonggak penting bagi kemajuan Sumatera Barat diberbagai bidang kehidupan. Juga ada pembangunan Pabrik Semen Padang, satu-satunya pabrik besar yang beroperasi di Sumatera Barat, adalah dampak langsung dari penambangan batubara. Ketiga tonggak penting ini masih ada dan berfungsi sampai sekarang.
Semua peninggalan tambang batubara, yang telah ditutup sejak tahun 2000 karena menipisnya cadangan batubara, tentu saja merupakan peninggalan dan warisan budaya yang sangat penting, dan tak pantas diabaikan begitu saja. Dalam konteks itulah, Pemerintah Indonesia mengusulkan Warisan Tambang Batubara ini untuk dijadikan Warisan Dunia.
Tahun 2019 UNESCO sebagai Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, menetapkan sejumlah situs dan artefak peninggalan tambang batubara sebagai Warisan Dunia. Nilai penting dari warisan tambang ini adalah, telah terjadinya pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi, stimulus perkembangan sosial ekonomi serta meningkatnya mobilitas penduduk sehingga terjadi berbagai pertukaran dalam bidang kebudayaan.
Dari latar belakang sejarah seperti inilah, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek R.I melaksanakan program Penguatan Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, dengan megusung platform kegiatan Galanggang Arang.
Galanggang Arang yang diluncurkan 19 Oktober 2023, menyelenggarakan sejumlah kegiatan di delapan daerah, yakni Sawahlunto, Sijunjung, Solok, Kota Solok, Tanah Datar, Padangpanjang, Padang Pariaman dan Padang.
Program Galanggang Arang juga mendapat dukungan penuh dari PT. Bukit Asam, PT. KAI dan Pelindo serta Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Pembukaan dilaksanakan 4 Mei 2024 di bawah Jembatan Siti Nurbaya, Padang. Salam Kurator, Edy Utama. Alwisray