
Rumah mewah tingkat tiga itu, biasanya terlihat cerah. Megah dan terkesan mewah, menyertai setiap sudut rumah dengan arsitektur gaya Spanyol itu. Apalagi, saat malam, warna warni lampu menerangi, terasa asri dan berseri, menghiasi rumah berpintu pagar kayu jati.
Decak kagum, bergumam di hati warga, saat melintasi rumah berada dipersimpangan jalan tersebut. Seakan hati penuh tanda tanda, siapa pemilik rumah bergrase besar dan luas. Bahkan, lima mobil bisa ditampung. Apalagi, kalau pintu pagar terbuka, berbagai merek mobil mengisi grase berlantai keramik
Melihat rumah mewah dan megah itu, pastinya pemilik bukan orang sembarangan. Setidaknya, pengusaha papan atas atau pejabat teras. Kalau pegawai, sulit dipercaya. Berapalah gaji pegawai paling tinggi golongan 1 A. Sampai pensiun pun tak akan mampu memiliki rumah semewah itu. Ya, kalaupun, diprediksi mendapatkan dengan cara tidak benar
Keluarga Bergelimang Kemewahan
Sudah tahu, suami hanya seorang pegawai. Hati tertutup kesombongan, nurani terkikis nafsu. Tak sadar kemewahan dimiliki tak sesuai dengan jabatan suami. Tak mungkin, tanpa ada apa apa bisa memiliki segalanya. Satu orang satu mobil, anak sekolah pun pakai mobil sendiri. Gaya berkelebihan mengundang kecurigaan
Bisik bisik tetangga, tiada arti. Embusan suara sumbang, tak membuat bergeming. Lupa daratan, lupa diri. Terlena dengan kemewahaan, terpedaya bujuk rayu setan. Segala yang ada dipamerkan. Tanpa menyadari karma itu, tak semanis korma
Berakhirnya Pertuangan
Sepandai pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai pandai menyimpan bangkai, pasti tercium juga. Sebuah kata bijak, terlupakan ketika hati tertutup keserakan. Merasa nyaman bermain, terus bermain. Merasa mendapat peluang. terus memanfaatkan peluang. Namun, petualangan berakhir juga.
Tragedi menyakitkan menimpa diri. Hanya hitungan detik, semua berbalik arah. karena apa dimiliki tak ada berkah. Tuhan mengambil semuanya dalam sekejap mata. Operasi Tangkap Tangan (OTT) mengakhiri permainan. Suami seorang berpenghasilan tak layak menjadi incaran.
Dan, sekarang tertangkap tangan. Mempertanggungjawabkan perbuatan dalam tahanan. Menanggung malu, menahan beban. Beberapa tahun manisnya madu dirasakan, sekarang pahit empedu yang ditelan. Tertangkap tangan beserta uang ‘jarahan’ mengakhiri petualangan
Rumah Mewah Sepi Tak Berpenghuni
Sudah jatuh tertimpa tangga. Itu lah nasib yang menerpa. Pasca tertangkap tangan suami mendekam dalam penjara. Cemohoon warga dan hinaan tetangga, ikut mengakhimi. Habis sudah semuanya. Kata kata tak sedap meluncur deras.”Pantas kaya raya. hasil korupsi. Wajar bergelimang harta. hasil maling uang negara’. Sebuah stigma melukai perasaan melebihi hukuman penjara.
Malu tak tertahan, hilang muka, hancur perasaan. Tak tahan gunjingan warga, menghilang dari peredaran. Rumah mewah itu, tak berpenghuni. Mobil berderet di grase, sudah tak ada lagi. Bersembunyi dan melarikan diri dari gunjingan, langkah yang dilakukan. Kisah manis itu, berakhir penderitaan. Bersambung
Catatan
Novri Investigasi


