Diakui, pekerjaan betonisasi jalan lingkungan di Kota Padang, khususnya dan Sumbar umumnya, mengalami banyak keretakan. Padahal, masih hitungan bulan, retak itu, menghiasi sepanjang jalan dilewati. Anehnya, keretakan yang terjadi, malah ditutupi dengan plasteran. Akibatnya, beberapa hari sudah merekah lagi. Dan, ini terkesan direstui
Untuk betonisasi jalan lingkung di Kota Padang, itu ada dua Dinas yang bertanggungjawab. Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan (Perkimtan) Sumbar, Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Padang. Inipun terjadi tumpang, sebab dalam satu komplek perumahan, beda gang, ada milik Dinas Perkimtan Sumbar dan Perkim Kota Padang
Inipun disebabkan anggota dewan Kota Padang dan anggota dewan Sumbar daerah pemilihan Kota Padang, menempatkan Pokirnya pada komplek yang sama. Sehingga menimbulkan keraguan warga. Diperparah lagi, rekanan enggan memasang plang proyek sebagai petunjuk pekerjaan dilapangan.
Dan, sengaja menyembunyikan identitas, karena takut ketahuan pekerjaan asal asalan dilapangan. Itupun tak ada teguran dari dinas terkait. Rekanan yang mengerjakan, seakan tanpa beban, jika pekerjaan bermasalah, seperti terjadi keretakan. Dan, tak mencoreng nama perusahaan ditengah masyarakat.
Sebab, masyarakat tak mengetahui kontraktor yang mengerjakan. Wajar saja, masih hitungan bulan jalan betonisasi retak. Kontraktor terkesan bungkam dan diam seribu bahasa. Bahkan, dinas terkait, ikut bungkam, ketika ditanyakan, siapa rekanan mengerjakan. Juga enggan menjawab, apa penyebab keretakan dan kenapa hanya plasteran dilakukan menutupi keretakan itu
Memang keretakan jalan betonisasi itu, banyak penyebab, termasuk kelalaian pihak rekanan dan kurangnya pengawasan. Termasuk juga kurangnya kualitas material, kualitas rendah dan agregat kotor menyebabkan rapuh, mudah retak. Proses pencampuran perbandingan air, semen tidak tepat dan tidak merata.
Sehingga, menghasilkan beton yang tidak homogen dan mudah retak. Bisa juga pengecoran dilakukan pada cuaca ekstrem dan belum tercapai umur beton sudah dilalui kendaraan. Kurangnya pemeliharaan dan penyiraman terhadap jalan beton itu. Alhasil, masih hitungan bulan, jalan betonisasi itu sudah mengalami keretakan. Ini penyakit yang terjadi setiap tahunnya
Retak Ditutupi Plasteran
Parahnya lagi, masih hitungan bulan, betonisasi jalan lingkung itu, sudah mengalami keretakan. Itupun hanya ditutupi plasteran. Setelah ditutupi plasteran rusak dan retak lagi. Dan, dibiarkan begitu saja. Sampai pekerjaan di PHO dan FHO, bahkan sampai habis masa pemeliharaan. Sehingga lepas tanggungjawab rekanan. Inipun terkesan direstui instansi terkait
Padahal, plasteran bukan solusi mengatasi rusak dan retak beton. Harus dipetak dan dicari sampai habis keretakan. Setelah itu, dibongkar dan dicor lagi. Inipun butuh alat, seperti jack hammer, gerinda dan lain lain. Masalahnya, untuk paket PL ini, dikerjakang rekanan kecil dan tak memiliki alat tersebut. Sehingga, waktu perbaikan, hanya bisa memplester saja. Wajar saja, seminggu retak dan rusak lagi.
Penulis
Novri Investigasi