Sama dengan tender sebelumnya, tiga pembangunan ruang baru SDN di Kota Padang, juga terjun payung. Seperti tender SDN 27 Koto Tangah, tawaran turun 27 %. Sekarang, kembali terjadi pada pembangunan ruang kelas baru SDN 10 Sungai Sapih. Lebih parah lagi, sampai terjun 28%. Apakah, pekerjaan tak beresiko dikemudian hari? Apalagi, Kota Padang rawan gempa

PADANG, INVESTIGASI_Tak belajar pengalaman, tahun 2021 lalu. Hampir 60 persen pekerjaan bermasalah di Kota Padang. Terjun payung, saat lelang menjadi penyebabnya. Berujung, pekerjaan terbengkalai, perpanjangan waktu dan dikenakan denda. Bahkan, ada yang putus kontrak, termasuk pekerjaan tak mengacu spesifikasi teknis. Dan, ini bakal terjadi lagi, tahun 2022, terutama di Dinas Pendidikan Kota Padang.

Pasalnya, beberapa pembangunan kelas baru SDN, rata rata rekanan menawar terjun payung. Terakhir tender pembangunan kelas baru SDN 10 Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji Padang. Faktanya, panitia memenangkan rekanan yang menawar terjun payung sampai 28 %. Pembangunan ruang kelas baru SDN 10 Sungai Sapih dengan pagudana/HPS Rp9.235.770.270.00, dimenangkan CV. Actorama Anugerah Perdana

Pemenang nomor 4 itu, menawar Rp.6.647.343.260.00 atau turun 28%. Dan, dimenangkan penawar terjun payung perusahaan ini, mengundang, kritikan berbagai kalangan. Terkesan perusahaan itu, asal mendapatkan proyek, tanpa memikirkan resiko yang terjadi. Apalagi, harga material tak stabil, termasuk harga semen yang melambung. Penawaran saja, terjun payung ditambah harga material tak stabil, tentu ada indikasi terjadi pengurangan volume.

Inipun mengundang tanda tanya, Erwin Isril, Ketua Gapeksindo Kota Padang dan Kabupaten Mentawai. Katanya, kepada media via WA, Rabu (8/7), dengan harga yang terjun payung, diragukan pekerjaan sesuai speck. Akibatnya, umur rencana dari bangungan tidak tercapai.” Apalagi, pekerjaan tidak siap, azaz manfaat tidak ada. Ujung ujung, bisa menimbulkan kerugian negara,” katanya.

Ia juga mengatakan, penawaran terjun payung ini, juga beresiko iklim berusaha akan tergangu. Karena kontraktor menawar sudah tidak memakai kaidah teknis. Karena yang menang terjun payung.” Kita lihat saja nanti. Masalah tahun 2021 lalu, juga akan terjadi pada tahun 2022 ini,” ujarnya, seraya mengatakan, terlalu nekat Pokja memenangkan tawaran terjun payung ini.

Kata Erwin Isril, menambahkan, yang jadi pertanyaan, kalau itu harga yang wajar menurut Pokja, berarti ada kesalahan membuat HPS dari konsultan perencana. “Apakah, betul bisa salah, sebab konsultan perencana membuat perencanaan memakai data yang resmi dan valid. Disinilah, timbul pertanyaan, kok bisa memenangkan rekanan yang terjun payung itu,” ulasnya mengakhiri. Romi