Dua tahun, terasa waktu yang pendek. Hanya dua tahun menjabat Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah 2 Sumbar, Elsa putra friandi, ST, M.Sc, M.Eng, harus melanjutkan pengabdian ke Sumatera Selatan. Sukses Andi di Sumatera Barat, mendapat kepercayaan untuk melanjutkan pengabdian ke daerah Wong Kito Galo itu.
Selayaknya, Sumatera Barat, merasa kehilangan sosok pekerja seperti Andi. Rang Chaniago ini, memberikan pengabdian yang tulus terhadap kampung halamannya. Dua tahun, ia membuktikan kinerja dan dapat menuntaskan pekerjaan dibawah banyaknya tantangan dan tekanan. Buktikan diri melalui kerja, Andi sukses mengatasinya semuanya.
Cita citanya menjadikan Sumbar menuju jalan mantap nasional, mendekati kenyataan. Namun, panjang ruas jalan nasional belum sebanding pengabdian di kampung halaman. Bagaimanapun juga waktu dua tahun sudah bisa membuktikan diri. Bekerja dengan hati, mengabdi untuk kampung halaman. Andi sosok Satker rendah hati, sudah membuktikan diri.
Jalan ruas Muara Kalaban, Kiliran Jao. Kiliran Jao Batas Jambi dan Batas Riau momok menakutkan bagi Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Padang, selama ini. Tidak saja Satker dan PPK, rekanan yang mengerjakan proyek juga menjadi korban
Masalah terus menghantui pekerjaan dilokasi tersebut setiap tahun. Lokasi yang berat dan muatan truk melebihi tonase, mengakibatkan jalan hancur. Ditambah rekanan mengerjakan tak profesional. “Rekanan yang selama dianggap kuat selama ini, terpaksa diblaclist. Karena, pekerjaan bermasalah dan tak mencapai target,” ulasnya.
Andi juga, menceritakan beratnya beban dipikul kepada media ini, Selasa (2/11) diruang kerjanya. Lokasi jalan nasional yang menjadi tanggungjawab, termasuk berat. Tak ada Satker, PPK dan rekanan sanggup menuntaskan. Apalagi, rekanan yang selama ini dikenal sangat kuat dan susah diatasi
Namun, tangan dingin Andi dan komitmen yang kuat untuk membangun negeri, ia perlahan mulai berubah paradigma tersebut. Langkah awal melakukan tindakan beresiko tinggi. Memutus kontrak dan memblaclist perusahaan yang dikenal kuat dan punya bekingan dipusat. “Saya mempertaruhkan jabatan dan siap jadi korban atas keputusan yang dilakukan,” imbuhnya
Begitu juga lokasi di ruas jalan Kabupaten Solok- Kabupaten Solok Selatan dan Batas Jambi, juga punya permasalahan yang tinggi. Tambang yang merusak jalan nasional tak bisa dihentikan. Karena, banyak oknum yang bermain. Satker dan PPK serta rekanan juga jadi korban. Lagi, Andi membuktikan diri, iapun melakukan tindakan penuh perhitungan.
Tak perduli keputusan itu, meredupkan karirnya. Iapun memblacklist rekanan yang dianggap bekerja tak profesional. Demi cinta kampung halaman dan mencapai harapan Sumbar menuju jalan mantap nasional. “Saya rela mempertaruhkan jabatan, meski banyak rintangan dan tantangan. Dua tahun, waktu yang pendek membuktikan diri, namun setidaknya sudah ada perubahan,” ulasnya
Dibalik suksesnya itu. Keberaniannya menantang arus kekuatan dibeking pusat, sekarang Andi mendapat kepercayaan untuk mengabdikan diri Sumatera Selatan. Suksesnya di Sumbar, memberikan tantangan baru di nagari Wong Kito Galo itu.
Sebuah fomeo. Jika sukses di Sumbar, akan memudahkan diri mengabdikan di provinsi lain. Selamat bertugas ditempat baru Andi. Dua tahun di Sumbar, namamu sudah terukir dihati. Kinerja terbaikmu membangun jalan di Sumbar akan dikenang selalu. Novri