
Buruang bundo buruang alang
Nan katigo buruang gelatik
Batanyo juo urang digalanggang
Baa juo carito seniman bapolitik
Bungo mawar usahlah dipetik
Dek baduri malukoi tangan tangan
Saribu seniman tak bapolitik
Saribu juo politik mancampuri seniman
Usah batenggang di nan rumik
Namonyo hiduik kaik bakaik
Buto nan parah buto politik
Seniman jan sampai buto politik
Baralek gadang malelang kue
Saluang jo rabab parami alek
Indak sajo mahibur katiko kampanye
Seniman lah ikuik jadi Caleg
Banyak timbul pertanyaan, bagaimana seniman berpolitik. Mengutip pernyataan salah seorang penyair berkebangsaan Jerman, Bertolt Brecht” Buta terburuk buta politik. Ini menggambarkan, seorang seniman yang melek politik atau keberpihakan politik, jauh lebih baik daripada seniman yang buta politik, ataupun pura pura buta politik. Sementara, diam diam mendukung suatu kekuatan politik tertentu.
Seniman bagian dari masyarakat, dan juga tergantung keputusan politik. Seniman tak boleh teralienasi dari politik, sebab pada dasarnya segala sendi kehidupan berkaitan dengan politik. Baik berupa kebijakan politik pemerintah maupun aksi aksi politik secara umum. Seribu seniman tak berpolitik, seribu juga politik mencampuri seniman
Kolaborasi antara penguasa, politisi, aktifis politik dan seniman harus dijaga. Terpenting kolaborasi itu, bertujuan untuk kemaslahatan rakyat banyak dan bukan untuk kepentingan pribadi si politisi belaka. Para politisi sejati, secara esensial adalah penyambung lidah rakyat. Sementara, seniman adalah pihak yang memberikan unsur keindahan pada perjuangan politik untuk rakyat.
Politik tak merusak seniman, melainkan saling mengisi untuk konteks kebangsaan. Seni dan budaya tak kalis dari politik. Kita juga harus menyikapi kebijakan politik terhadap kebudayaan. Politik saling berkaitan dengan visi kebudayaan dan anggaran yang menyertainya. Semakin sedikit anggaran untuk kebudayaan dan seniman, makin mudah menilai keberpihakan politik terhadap kebudayaan.
Semakin tinggi anggaran kebudayaan, semakin memudahkan seniman berkreasi dan berkarya. Makanya, dengan terjunnya seniman dalam politik dan duduk di legislatif, akan lebih memudahkan seniman untuk memperjuangkan anggaran untuk kesejahteran para seniman. Peluang seniman dan budayawan, semakin terbuka saat debat Capres putaran kelima
Pada debat Capres itu, baik Anies Baswedan, Prabowo dan Ganjar, bertekat untuk menaikkan anggaran untuk kebudayaan. Bahkan, mereka saling setuju untuk membentuk Departemen Kebudayaan. Dan, ini akan semakin dasyat jika seniman duduk dilegislatif untuk ikut memperjuangkan anggaran untuk seniman.
Makanya, kita dorong para seniman yang ikut menjadi Caleg 2024 ini, untuk mendapatkan kursi di legislatif. Sehingga lebih leluasa memperjuangkan anggaran untuk seni dan budaya, terkhusus kesejahteraan seniman. Seniman bukan lagi sebagai penghibur saat kampanye. Tapi ikut berkompetisi untuk berjuang menjadi wakil rakyat. Mari kita dukung bersama. Bersambung
Penulis
Novri Investigasi
Seniman Minangkabau Indonesia