Sok Santiang

Spread the love

Pagi hari ditimpo hujan
Aia turun sabana dareh
Bataduah duduak dibarak
Manunggu hujan baranti

Dek lai mah kawan
Tapijak di nan kareh
Cubolah kalau indak
Cando layang putuih tali

Hari siang mulai tarang
Hujan baganti jo paneh
Dek lah barubah cuaca
Dilanjuik bajalan jauh

Kok santiang santiang lah surang
Urang jan dianggap remeh
Ingek roda ko baputa
Kana juo diri ka jatuah

Sok santing itu, sama dengan orang yang sok hebat, sok pintar. Santiang ini, termasuk kata sifat dan sebagai perumpamaan dalam kalimat. Misal, sasantiang santiang nyo urang, labih ado nan labiah santiang. Dan, kalimat itu ditujukan untuk orang yang sok hebat, mengaku diri paling hebat

Dalam dunia medis, orang nan sok santiang ini, disebut juga dengan megalomania atau delusion of grandeur. Biasanya, orang orang dengan megalomania ini, tidak akan mendengarkan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pikiran tentang kehebatannya. Hanya fokus pada diri sendiri (self centered), meskipun pikirannya tidaklah nyata atau sekedar delusi.

Orang yang sok santiang ini, kadang tak beretika. Tak pandang bulu siapa lawan bicara. Dia tak perduli, kata katanya itu kadang tak sesuai kenyataan. Seakan hidupnya berkualitas, ingin diakui dan dihargai orang. Seperti orang pintar yang berilmu pengetahuan, tapi perkataannya tidak bisa membuktikan perbuatan. Semakin banyak bicara, semakin terlihat kualitasnya.

Tak perlu pamer identitas, yang penting kualitas. Tak perlu memamerkan kepintaran dan kebenaran didepan orang lain, tapi kenyataan tak berisi. Lebih baik diam dan tunjukkan dengan bukti yang berkualitas. Sok santiang, tanpa kebenaran hanyalah omong kosong. Ibarat tong kosong nyaring bunyinya. Kata kata ini, sering terlupakan. bagi orang yang sok santiang

Orang yang sok santiang, tak punya etika bicara. Tak perduli sama siapa bicara. Samo data sajo sawah jo pamatang. Tak mengerti kato nan ampek. Orang sok santiang ini, ibarat baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek. Seberat apapun suatu benda, pasti bisa dipikul. Sementara, orang tak berilmu juga tak berbudi, akan terasa lebih berat

Di Minangkabau, etika itu tertuang dalam kato Nan Ampek. Ini pedoman kita untuk berintegrasi sosial dalam kehidupan sehari hari. Kato Nan Ampek dimaksud, Kato Mandaki (bicara dengan orang tua, bertutur katalah dengan sopan dan tunjukkan rasa hormat

Kato Malereang (etika berbicara dengan orang yang dituakan secara adat atau orang orang terhormat dari status sosial . Kato Mandata (cara bertutur kata kepada teman sebaya. Meski seusia, kata diucapkan tetap dalam koridor saling menghargai dan tidak menyinggung satu sama lain. Kato manurun (bicara dengan orang lebih muda.

Prinsipnya, jadi orang itu. jangan merasa paling tahu dan sok santiang. Sehingga, lupa dengan siapa bicara. Kesombongan terlihat saat bicara, walau lawan bicara jauh lebih tua, jauh berpengalaman dan jauh lebih berilmu. Tapi, bagi orang sok santiang, samo data sajo. Indak pandang bulu. Merasa paling hebat, sok santiang, etika terabaikan saat bicara

Penulis
Novri Investigasi

More From Author

‘Kabut Hitam’ Kembali Menyelimuti’ Tender Proyek 2024, Antara ‘Mafia Lelang’ dan Penawaran Terjun Payung

Persikopa ‘Sala Lauak’ Pariaman, Kembali Makan Korban. Tumbangkan Favorit Juara Surati Cup 17, Jabar, Pastikan Tiket 16 Besar

2 thoughts on “Sok Santiang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTISEMENT